Pasalnya, pada saat kejadian ketika menagih komitmen Pilkada 2020, Ilmiati Daud merasa terancam menghadapi empat orang lelaki diketahui ajudan Bupati Wakatobi.
"Posisinya saat itu saya sendirian perempuan dalam ruangan (Bupati Haliana)," tuturnya.
Sehingga, menurutnya dirinyalah yang harus melaporkan kejadian tersebut.
"Karena saya yang korban, tapi malah saya pula yang dilaporkan," jelasnya.
Ilmiati Daud juga menegaskan tak ada kontak fisik yang terjadi seperti kabar yang beredar.
"Saya juga heran (dilaporkan), karena saya tidak pernah sentuh dan tak ada kontak fisik," jelasnya.
Bahkan, kata Ilmiati Daud setelah insiden yang terjadi, ia sempat mendatangi Polres Wakatobi untuk mengadukan insiden tersebut.
"Tapi saya masih anggap dia (Haliana) sebagai adik saya. Saya tidak mengira, hal ini terjadi pada saya," jelasnya.
Ia pun membuka pintu damai jika niatan tersebut berjalan dengan baik.
Baca juga: Bupati Wakatobi Konflik dengan Wabup, Harta Haliana Rp 31,6 M, Kepala Daerah Terkaya Kedua di Sultra
"Jika dia niatnya baik kita akan berjalan dengan baik. Orang yang berniat baik Insyaallah mendapat kebaikan," tuturnya.
Merasa Tertipu Sebagai Alat Politik
Wabub dua periode ini, merasa tertipu karena menganggap dirinya sebagai alat politik rekan memimpinnya di Pemerintahan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Menurutnya selama tiga tahun ikut mengawas pemerintahan, tugasnya sebagai Wakil Bupati telah dikebiri.
Sehingga, membuatnya kesal dan menagih janji Haliana.