Namun karena sudah tidak memiliki istri, Jero Pasek dibebaskan dari beberapa kewajiban kegiatan di banjar.
Sementara di mata tetangganya, Jero Pasek merupakan sosok yang biasa-biasa saja dalam pertemanan.
"Bergaul dalam hal pertemanan biasa-biasa saja. karena ragane (Jero Pasek) tidak ada istri, jadi tidak ada kewajiban di banjar. Ia lebih sering di Denpasar dan juga ada tugas sebagai pawang, sehingga jarang di rumah (Kamasan). Tapi tetep ragane (Jero Pasek) hadir kalau ada kegiatan banjar," ungkap tetangga dari Jero Pasek, Gusti Giri, Senin (14/8/2023) malam.
Jero Pasek selama ini diketahui memiliki 3 anak. Dua laki-laki, dan seorang anak perempuan yang sudah meninggal dunia.
Jero Pasek adalah warga Desa Kamasan, wilayah yang masuk Desa Adat Gelgel.
Tetangga juga membenarkan informasi terkait meninggalnya Jero Pasek.
Namun kemungkinan jenazah Jero Pasek ada di Denpasar karena keluarganya tinggal di Denpasar.
"Saya tetangga jro mangku (Jero Pasek). Sejak Tumpek Wayang katanya stroke, saya juga baru dengar," ungkap Gusti Giri.
Ia mengatakan, saat masih sehat, biasanya Jero Pasek ada di rumahnya di Kamasan. Mobilnya akan parkir di depan rumah.
Namun belakangan, Gusti Giri jarang melihat Jero Pasek.
"Saya juga bertanya-tanya, akhir-akhir ini kenapa jero mangku jarang kelihatan. Tadi dapat kabar di facebook beliau sudah meninggal," ungkapnya.
Sosok Jero Pasek
Jero Pasek ramai dibincangkan setelah aksinya menjadi pawang hujan dalam beberapa acara penting di Bali.
Sebelum jadi pawang hujan, ia adalah pekerja swasta di Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Ia bertugas membawa makanan ke maskapai. Pekerjaan itu dilakoninya sampai tahun 2008.