Lanjut lagi di tahun ini, Nasrafa turut berpartisipasi pameran Indonesia Fair di Osaka, Jepang yang berlangsung pada 24-30 Mei 2023.
"Kalau dihitung-hitung, kami sudah mengikuti pameran lebih dari 100 kali di tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional," kata ayah tiga anak tersebut.
Dari pameran tersebut, banyak customer yang kepincut dengan hasil karya kain lukis Nasrafa lalu membelinya.
Hal ini membuat produk Nasrafa semakin go international. Misalnya Singapura, Jepang, Filipina, Thailand, Turki, hingga Amerika Serikat.
Bahkan setelah mengikuti pameran di Osaka pada 2022, Nasrafa kebanjiran orderan senilai 1 juta yen.
"Saat itu, Nasrafa mengirimkan empat produk yaitu syal lukis, tas goni lukis, pouch lukis, dan topi goni lukis dengan jumlah 309 pieces. Ini adalah pertama kali, Nasrafa melakukan ekspor dalam jumlah besar," beber Yani.
Lewat sejumlah pameran itu pula, produk kain lukis Nasrafa juga diminati oleh para pejabat negara dan daerah serta figur publik selain masyarakat umum.
Sebut saja Ibu Negara, Iriana Joko Widodo (Jokowi) yang pernah membeli jilbab lukis Nasrafa.
Adapula istri mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Siti Atikoh yang selalu memborong produk Nasrafa saat menghadiri pameran.
"Kalau Bu Atikoh biasanya beli baju blus, tas, masker, atau syal lukis," kata Yani.
Sosok pejabat lain yang pernah memboyong karya kain lukis Nasrafa adalah Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati.
Saat itu, Bintang membeli tas lukis yang berbahan dasar kain goni.
"Kalau artis ada Ingrid Kansil, Dina Lorenza, terus artis Solo juga ada Sruti Respati, Endah Laras, sampai Bu Gibran (Selvi Ananda, istri Wali Kota Solo)," ucap Yani.
Diakui Yani, tanpa bantuan dari Pemprov Jateng, sejumlah kesempatan dan peluang besar tersebut, sulit didapat.
Apalagi terbukanya market itu, didapat Nasrafa setelah pandemi melanda. Hal inilah yang membuat Nasrafa bisa terus bertahan.
Tak berhenti sampai di situ, dukungan lain diberikan Pemprov Jateng adalah memfasilitasi sejumlah outlet Nasrafa di area Jateng.
Saat ini, Nasrafa telah memiliki sembilan outlet yang berada di Solo, Semarang Raya, Jakarta, dan Yogyakarta.
Rinciannya, tiga outlet di Solo yaitu di Pasar Oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed, Pojok UMKM DPRD Solo, dan Sentra IKM Semanggi Harmoni.
Kemudian di Semarang, ada empat outlet. Yakni di Bandara Ahmad Yani, Rest Area 456 Salatiga, Lawang Sewu, dan Gedung Dekranasda.
Sementara outlet Nasrafa di Jakarta ada di Smesco Indonesia.
"Pasar terbaru saya dua bulan ini adalah kami diminta untuk mengisi di pasar oleh-oleh di Malioboro, di Toko Pasaraya Group," ungkap Yani.
Dapat Banyak Penghargaan
Kesuksesan Nasrafa yang bisa naik kelas dan menembus pasar global juga tak lepas dari kemampuan manajerial Yani.
Meski tak bisa melukis, tapi Yani piawai mengelola dan memasarkan produknya.
Yani yang berlatarbelakang pendidikan akunting dan pernah bekerja di sebuah perusahaan, mengembangkan tujuh konsep bisnis di Nasrafa.
Yaitu produk yang berkualitas; packaging yang marketable; legalitas yang lengkap; pengelolaan SDM yang solid; marketing yang jitu; lokasi usaha representatif; dan administrasi pembukuan yang rapi, lengkap, dan benar.
Produk berkualitas dibuktikan dengan produk Nasrafa yang awet dan tidak luntur hingga bertahun-tahun meski sudah berkali-kali dicuci.
Bahkan pria kelahiran Solo, 20 Januari 1967 itu kerap memakai kemeja lukis yang merupakan produk pertama Nasrafa.
Sementara aspek legalitas merujuk pada syarat perizinan hingga pendaftaran nama merek.
"Saya mendirikan Nasrafa 2012, setahun kemudian karena saya melek legalitas, saya cari perizinan dan daftarkan merek, hasilnya baru keluar 2017."
"Tapi merek ini sudah ada sejak 2013 berlaku hingga 2023. Bulan Agustus kemarin, saya perpanjangan setahun ke depan," cerita Yani.
Untuk aspek pengelolaan SDM yang solid rupanya diawali dengan membangun karakter seniman yang tepat waktu.
Ya, di Nasrafa, tak ada cerita seniman lukis telat apalagi sampai tak bisa menyelesaikan pesanan.
Mereka terbiasa datang on time lalu bekerja mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Jika diperlukan, sesekali mereka lembur saat banyak pesanan.
Aspek terakhir yaitu administrasi pembukuan dibuktikan dengan sejumlah laporan yang tersusun rapi.
Hal ini dibuktikan dengan laporan keuangan Nasrafa yang pernah dikompilasi oleh akuntan publik.
Berkat kegigihannya tersebut, pantas rasanya jika sejumlah penghargaan menetap di galeri Nasrafa.
Pertama, pada 2016, Nasrafa mendapat Serifikat "GRADE A" Ready to Export dari Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Empat tahun kemudian, yaitu pada 2020, Nasrafa menerima penghargaan Siddhakarya dari Gubernur Ganjar.
Siddhakarya adalah penghargaan pemerintah daerah kepada perusahaan yang berhasil mempertahankan bahkan mampu meningkatkan produktivitasnya selama tiga tahun terakhir berturut-turut.
Sementara di tahun 2021, giliran Nasrafa meraih penghargaan nasional Paramakarya.
Paramakarya merupakan bentuk kepedulian pemerintah untuk perusahaan yang berhasil meningkatkan dan mempertahankan tingkat produktivitas.
Di tahun yang sama, Nasrafa mendapat penghargaan sebagai UKM Terbaik dari Astra Group.
Meski sudah naik kelas dari industri rumahan hingga kini memiliki pangsa pasar global, Yani enggan berpuas diri.
Ia terus bekerja keras mengembangkan pasar Nasrafa ke Jepang, Thailand, Filipina, dan Turki sepanjang tahun ini.
Caranya dengan melakukan lobi kepada sejumlah pihak. Mulai dari antaranya Atase Perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) atau lembaga perwakilan Kementerian Perdagangan, Konsulat Jenderal (Konsul), kedutaan, kementerian, hingga pembeli.
"Saat ini, kami sudah berusaha secara maksimal, harapannya ya bisa dibantu pemerintah," ucapnya. (*)