News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dian Bersyukur Keluarganya Selamat dari Gempa, Sempat Lari dari Warung Demi Selamatkan Bayinya

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga menempati tenda pengungsian di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang, Senin (1/1/2024). Ratusan warga di sejumlah wilayah di Kabupaten Sumedang terdampak gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 4,8 terpaksa harus mengungsi ke tenda yang disediakan pemerintah atau tinggal sementara di rumah saudaranya akibat rumah mereka mengalami kerusakan dari ringan hingga rusak berat tidak layak huni. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman memastikan kondisi Sumedang aman terkendali dan mengimbau warga agar tetap tenang.

Pantauan Tribun kemarin, ratusan pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang yang ditempatkan di tenda darurat merasa kepanasan sampai-sampai keluarga pasien pun mencoba mengipasi keluarganya dengan kardus atau buku juga kipas rotan.

Pasien yang berada di tenda darurat ini mulai bayi sampai lanjut usia (lansia).

Ada sekitar 10 tenda darurat yang disediakan di sepanjang Jalan Prabu Geusan Ulun dan halaman rumah sakit umum daerah Sumedang.

Sebuah kipas angin elektronik pun ada yang disediakan pihak rumah sakit tepatnya di tenda khusus bayi dan anak.

Salah seorang keluarga pasien asal Citengah, Sumedang, Een Saenah mengatakan anaknya, Dikdik dipindahkan ke tenda darurat ini sejak pukul 21.00 WIB setelah gempa berkekuatan Magnitudo 4,8 mengguncang Sumedang dan sekitarnya.

"Malam tadi (pukul 21.00 WIB) dipindah ke sini (tenda) karena khawatir adanya gempa susulan. Semalam itu dingin karena memang di tenda darurat, tapi kalau sekarang rasanya hareudang (panas), jadi pakai kipas biar tak terlalu panas," ujarnya saat ditemui di tenda darurat menemani sang anak.

Een pun menyebut sang anak sempat masuk ke RSUD Sumedang sejak Jumat lalu lantaran merasakan sesak pada pernapasannya dan dilakukan operasi.

Dia berharap bisa secepatnya pindah kembali ke ruangan dan tak ada gempa susulan.

Dalam satu tenda terhitung ada sebanyak 10-15 pasien, belum ditambah keluarga pasien yang menunggu dan menemaninya.

Keluarga yang menemaninya pun tidur di atas Jalan Prabu Geusan Ulun beralaskan karpet atau tikar yang mereka bawa.

Terkadang, sesekali ada bayi atau balita yang menangis karena hawa panas yang mereka rasakan di dalam tenda.

Tak hanya bayi atau balita, ada pula orang dewasa yang tak tahan akan panasnya di dalam tenda sampai menjerit dan ingin segera pindah kembali ke ruangan.

Sejauh ini, dari jumlah pasien RSUD Sumedang yang berjumlah 331 orang berdasarkan data awal, kini berangsur menjadi 108 pasien yang masih berada di dalam tenda.

Namun, belum ada kepastian kembali kapan 108 pasien itu bisa kembali ke dalam ruangan

Sesar Cileunyi

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebut gempa bumi yang terjadi di Sumedang merupakan gempa dangkal dari sesar aktif.

Dalam akun resmi witternya, Daryono menuliskan gempa yang terjadi Minggu (31/12/2023), Sumedang diguncang rentetan 3 gempa yaitu: (1) Gempa M4,1 kedalaman 7 km pukul 14.35 WIB, (2) Gempa M3,4 kedalaman 6 km pukul15.38 WIB, dan (3) Gempa M4,8 kedalaman 5 km pukul 20.34 WIB.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," kata Daryono.

Daryono menegaskan, episenter Gempa Sumedang ini terletak persis di Kota Sumedang dan sesuai/terkonfirmasi dengan kerusakan yang terjadi, sehingga gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang yang berada di wilayah tersebut.

"Lokasi 3 episenter Gempa Sumedang (lingkaran warna hijau) terletak berdekatan dengan jalur Sesar Cileunyi-Tanjungsari, sehingga Gempa Sumedang ini diduga sebagai terusan dari Sesar Cileunyi -Tanjungsari," jelasnya.

Daryono juga menuliskan peristiwa yang sama terjadi pada 19 Desember 1972.

Gempa bumi magnitudo 4,5 pernah mengguncang Kabupaten Sumedang berdampak mencapai skala Intensitas VI MMI.

Gempa kerak dangkal saat itu menyebabkan kerusakan banyak bangunan rumah dan longsoran di Cibunar, Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat.

"Berdasarkan peta seismisitas tahun 2008-2023 tampak bahwa di lokasi episenter gempa di Sumedang (bintang merah) sebenarnya merupakan area dengan tingkat seismisitas rendah," ujarnya.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI juga ikut terjun ke Sumedang mencari tahu penyebab pasti gempa bumi.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, mengatakan tim lapangan terus mengumpulkan dan mengolah data gempa tersebut.

Gempa Sumedang sementara ini diduga dipipcu oleh sesar-sesar aktif yang ada di sekitar Sumedang.

Ada sejumlah sesar atau patahan bumi yang disebut memicu gempa Sumedang, yakni Sesar Cileunyi-Tanjungsari dan Sesar Cicalengka.

"Untuk sementara, hasil kajiannya bahwa yang memicunya sesar aktif di sekitar Jawa Barat, Cileunyi-Tanjungsari, ada juga Cicalengka," kata Muhammad Wafid.

Namun, Wafid mengatakan, ada kecenderungan gempa dipicu pergerakan di sesar Cileunyi-Tanjungsari.

"Tapi nanti (kepastiannya) melihat kondisi di lapangan," katanya.

Menurutnya, agak sulit untuk menentukan di mana episentrum gempa dan mengarah ke mana retakannya. Sebab, sejauh ini belum ditemukan ada retakan tanah.

"Bekas retakan tidak ada, mengarah ke mana retakan itu, itu akan bisa menentukan. Tim lapangan masih sedang bekerja," katanya.

Dia mengatakan, untuk asesmen Badan Geologi, hasilnya bisa sekitar tiga hari. Asal, data-data sudah dikumpulkan.(Tribun Network/fik/kik/mad/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini