Fitri Silma Anjani (22), perempuan asal Kabupaten Buleleng, Bali ditetapkan sebagai tersangka kasus penggelapan uang nasabah sebuah bank di Malang, Jawa Timur.
Kasus penggelapan uang nasabah terjadi pada Oktober 2023 saat Fitri menjadi mahasiswi magang.
Kini, Fitri telah dikeluarkan dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Malang dan menunggu putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Malang.
Kuasa Hukum Fitri, Guntur Putra Abdi Wijaya mengatakan, kliennya magang sejak Maret hingga November 2023.
Selama 2 bulan magang, Fitri menguras uang seorang nasabah senilai Rp 52 juta.
Fitri menguras uang nasabah dengan cara menukarkan kartu ATM korban dengan kartu ATM yang baru.
"Lalu di bulan Oktober 2023, terdakwa bertemu dengan korban berinisial NL yang merupakan nasabah di tempat terdakwa magang."
"Ketika itu, korban mengganti kartu ATM dengan versi baru yang terdapat chip," ungkapnya, Rabu (10/7/2024), dikutip dari SuryaMalang.com.
Dalam proses pembuatan kartu ATM baru, Fitri mengamati gerakan tangan korban sehingga mengetahui pin yang dimasukkan.
"Setelah korban selesai bertransaksi dan mengambil uang tunai, terdakwa seketika menukar kartu ATM milik korban dengan kartu lain," tukasnya.
Setelah menguasai kartu ATM korban beserta PIN-nya, Fitri mengurasnya secara berkala.
"Selanjutnya, terdakwa memakai kartu ATM milik korban untuk melakukan sejumlah transaksi," bebernya.
Setelah diperiksa, terungkap Fitri melakukan 36 transaksi menggunakan kartu ATM korban sejak Oktober hingga November 2023.
"Ada yang digunakan melalui tarik tunai, dan ada juga yang digunakan untuk debit secara langsung," tuturnya.
5. Sekian Lama Tak Jenguk Orang Tua, 3 Anak Pasutri Lansia di Bogor Muncul setelah Pemakaman
Tiga anak pasutri lansia, Hans Tomasoa (83) dan Rita Tomasoa (73) yang ditemukan tewas membusuk akhirnya muncul setelah pemakaman orang tuanya.
Hans dan Rita ditemukan tewas membusuk di Perumahan Citra Indah Bukit Raflesia, Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dari keterangan warga setempat, tiga anak Hans dan Rita itu sebelumnya diketahui tidak pernah menjenguk orang tuanya.
Padahal, anak-anak Hans dan Rita tinggal tidak jauh, yakni di Jakarta, Bandung, dan Bekasi.
Rita diketahui sudah menderita stroke cukup lama, sementara Hans sudah tampak tertatih saat berjalan.
Namun, tidak ada anak-anaknya yang datang untuk sekadar menjenguk dan merawat mereka.
Sehingga, pasutri lansia itu hanya hidup berdua saja dengan dibantu warga sekitar dan jemaat gereja.
Setelah orang tuanya meninggal, ketiga anak tersebut baru datang.
Padahal sebelumnya, ketika dihubungi oleh pengurus RT setempat saat jasad Hans dan Rita ditemukan, anak-anak Hans dan Rita itu tidak ada respons.
Karena tak punya nomor telepon anak pertama dan kedua, mereka pun menghubungi anak ketiga oma opa (Hans dan Rita).
"Anak ketiga kita kontak tidak ada jawaban, sampai akhirnya kita terhubung kepada adik opa," kata Pengurus RT, Jonathan Tobing kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (18/7/2024).
Keesokan harinya, anak-anaknya Hans dan Rita juga tak kunjung muncul, bahkan saat jasad dibawa ke RSUD Cileungsi pun mereka tetap tak datang.
Hingga akhirnya, anak bungsu opa Hans dan oma Rita akhirnya muncul di akhir pemakaman.
"Peti jenazah itu udah turun ke liang tapi belum ditutup karena masih khutbah firman, proses itulah (anaknya datang)," jelas Jonathan lagi.
(Tribunnews.com)