"Jadi, ada pejabat-pejabat tingkat kerajaan, ada pejabat-pejabat tingkat watak, ada pejabat-pejabat tingkat wanua," ucapnya.
Dia mengatakan lingga patok itu seharusnya berjumlah empat atau barangkali delapan. Namun, hingga saat ini hanya ditemukan dua saja.
Goenawan mengaku sudah mencoba memetakan garis-garis batas kendati hal itu masihlah suatu asumsi. Belum diketahui dengan pasti apakah temuan itu tetap berada pada posisi semula pada zaman dahulu.
Arkeolog berambut panjang itu kembali melihat-lihat angka pada prasati itu.
"Bacaan saya itu adalah tahun 769 S. Jadi ini angka 7, ini angka 6, dan ini angka 9," kata Goenawan lagi.
“Cuma beberapa teman yang lain membacanya sebagai 796 S. Monggo, mau yang dipercaya yang mana, monggo. Tapi di mata saya, saya melihat ini adalah angka 7, ini adalah angka 6, dan ini angka 9.”
Goenawan mengatakan salah satu peneliti yang membacanya sebagai 796 S adalah arkeolog Roelof Goris.
"Kemudian, [F.D.K] Bosch membaca sebagai 856 Saka. Kemudian, saya lupa siapa lagi, ada yang membaca sebagai tujuh berapa gitu. Itu semua ada di Oudheidkundige Verslag tahun 1928 kalau tidak salah."
"Penelitian kemarin oleh salah seorang mahasiswa UGM yang membandingkan pembacaan saya, pembacaan Goris, dan pembacaan dia sendiri, dia menyimpulkan bahwa tulisan ini adalah 796."
Ketika ditanya penyebab terjadinya perbedaan pembacaan itu, Goenawan awalnya mengaku enggan untuk mengomentarinya.
"Kalau angka 6, sih, bagi saya tidak begitu berbeda karena memang jelas angka enam itu seperti ini, tetapi biasanya yang menjadi masalah adalah angka 7 dan angka 9. Biasanya seperti itu."
"Di mata saya, sekali lagi ini 769, tetapi ada hasil tulisan kemarin itu ada yang 796 dengan beberapa alasan yang terus terang saya enggak hafal.”
Adapun acara blusukan ini adalah agenda rutin Komunitas Kandang Kebo setiap triwulan. Kandang Kebo adalah komunitas pelestari cagar budaya yang bermarkas di Ngalian, Ngemplak, Widodomartani, Sleman, DIY.
Ketua Kandang Kebo Maria Tri Widayati berujar blusukan kali ini mengusung tema “Menapak Jejak Mamratipura di Klaten”. Mamratipura adalah salah satu ibu kota Kerajaan Medang yang juga dikenal sebagai Kerajaan Mataram Kuno.
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti letak Mamratipura. Kata Maria, Mamratipura bisa saja berada di Klaten.