Mulai tukang sunat hingga kaum pejabat, tentu sudah akrab dan tak asing lagi dengan yang namanya Google.
Google adalah sebuah sistem internet atau browser (mesin pencari), yang diakui memilki fasilitas terbesar dan terbaik dimasa ini. Segala informasi mampu dihadirkan dan disajikannya secara praktis. Sehingga tradisi observasi dan menghafal tak lagi dianggap penting. Karena cukup dengan menggerakkan jari-jari tangan ke kanan dan ke kiri saja sudah bisa mengetahui fenomena dan problematika yang sedang terjadi.
Melihat google yang kehebatannya sudah melampaui batas, tentu akan timbul banyak pertanyaan tentang asal muasal dan bagaimana Google itu.
Berbicara tentang itu semua, tentu ada beberapa sebab yang tak bisa lepas dari kreatifitas manusia sehingga mampu menghasilkan sebuah karya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya manusialah yang lebih cerdas sehingga mampu menyusun dan melahirkan Google.
Namun kenapa kini manusia justru tergantung pada Google? Apakah peran otak manusia sudah digantikan oleh Google?
Aktifitas menghafal yang sebelumnya dianggap sebagai modal dan senjata para ilmuan, hari ini tinggal kenangan yang hanya bisa diceritakan.
Pasalnya, banyak orang yang mengaku ilmuan, namun ketika menghadapi seporsi permasalahan, justru mereka lari dan minta bantuan kepada Google.
Memang bukanlah perkara yang salah. Namun, bila dibiarkan demikian bagaimana otak manusia bisa berlatih jika yang dikerjakan cuma bertaqlid pada Google?
Kontemplasi akan hakikat fungsi serta peran otak manusia sangat perlu dilakukan. Karena dengan ide dari otak manusialah kreatifutas bisa terbentuk.
Oleh karena itu, pentransferan muatan ilmu dari Google perlu dilakukan dengan menelisik sumber-sumber yang shahih, dengan memahami dan menghafalkan apa yang telah kita eksploitasi dan teliti dari Google.
Sehingga fungsi Google benar-benar bisa dimanfaatkan untuk mempertajam intelektualitas manusia sebagai sarana mengharap Ridha Tuhan.