News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Atasi Masalah Banjir Atau Gelar Formula E, Mana Yang Lebih Menguntungkan?

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga melintasi banjir yang menggenangi Jalan Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa (25/2/2020). Tingginya intensitas hujan mengakibatkan sejumlah wilayah di ibu kota terendam banjir. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Pembangunan sarana dan prasarana seperti perbaikan jalan raya, pembangunan pembatas dinding dan pagar, pembuatan trek dan jalur balap, pendirian pit dan lainnya juga bakal menelan biaya yang diprediksi mencapai lebih dari Rp300 miliar.

Ditambah pengeluaran lain seperti promosi, biaya penyelenggaraan Formula E diperkirakan meroket hingga melebihi Rp1 Triliun.

Dengan mengeluarkan dana yang tidak main-main, menjadi tuan rumah Formula E harus benar-benar diperhitungkan secara matang.

Malaysia yang sudah lebih berpengalaman menyelenggarakan balapan mobil Formula 1 sejak 1999 harus menutup buku pada 2017.

Seri Grand Prix Malaysia resmi tidak ada lagi dalam kalender balapan Formula 1 sejak dua tahun silam lantaran biaya penyelenggaraan yang tinggi dan penjualan tiket yang rendah.

Selain itu kendati menggiurkan dan dipercaya bisa mendatangkan keuntungan bagi pelaku ekonomi, ada fakta bahwa Formula E tidak mendapat sambutan positif seperti yang terjadi di Monaco. Alih-alih menggenjot sektor bisnis, balapan mobil tanpa suara dan tanpa polusi itu justru membuat 70 persen pengusaha mengalami kerugian.

Dalam survei yang dilakukan oleh Formule Citoyenne disebut ada 49 dari 70 pengusaha justru mendapat efek negatif dan 28,6 persen mengatakan tidak mendapat keuntungan, serta hanya 1,4 persen yang mengaku meraih laba.

Belajar dari Singapura, Malaysia dan Monaco, Jakarta dihadapkan pada pekerjaan rumah yang cukup besar jika ingin meraup untung dari balap Formula E. Memastikan estimasi 35 ribu tiket laku terjual dan seluruh kegiatan perekonomian berjalan lancar adalah tantangan nyata bagi tuan rumahFormula E.

Sejak Formula E berlangsung pada 2014, belum ada kota atau negara yang benar-benar secara beruntun menjadi tuan rumah Formula E selama lima tahun secara beruntun selain Meksiko yakni sejak musim 2015/2016 hingga 2019/2020. Sedangkan Amerika Serikat yang sudah turut menjadi tuan rumah Formula E sejak 2014, tercatat memiliki tiga kota penyelenggara.

Kini Pemprov DKI Jakarta dihadapkan pada situasi yang cukup sulit. Pasalnya dengan komitmen lima tahun menggelar Formula E, sulit bagi Pemprov DKI Jakarta untuk mendapatkan keuntungan finansial dalam masa waktu setengah dekade.

Dari sisi itu maka yang prioritas adalah program pengendalian banjir....*

*Steven Setiabudi Musa, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta

Steven Setiabudi Musa (dok pribadi)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini