Senyum yang tulus, antusiasme dan kehangatan persahabatan mendorong tubuh menghasilkan hormon endorfin yang menimbulkan perasaan senang dan nyaman, yang akan membuat orang lain memberikan respons yang hangat dan penuh sukacita pula.
Demikian pula dengan kebahagiaan. Perasaan bahagia juga mampu menular dan memengaruhi orang lain.
Usaha kita akan lebih mudah untuk membuat orang-orang terdekat yang kita sayangi merasa bahagia, jikalau kita sendiri juga sudah merasakan kebahagiaan.
Bagaimana mungkin membahagiakan orang lain kalau kita sendiri sedang menderita, gegana (gelisah, galau merana) dan tidak bahagia?
Suasana hati yang tenteram dan nyaman akan tercermin secara fisik, sehingga menarik hati dan mempengaruhi response orang-orang dan lingkungan terdekat.
Terdapat hubungan timbali balik antara emotion dan motion, antara mind dan body. Seseorang yang tengah riang hatinya terlihat dari langkahnya yang ringan dan akan cenderung memancarkan aura yang cerah dan wajah yang semringah.
Pun demikian sebaliknya, tubuh yang letih dan lungkrah seringkali membuat pikiran dan hati tidak nyaman, yang kemudian terkirim sebagai energi negatif kepada orang lain.
Seorang penyanyi yang baik akan dapat membius dan mentransfer emosi yang dirasakan kepada penonton dan pendengarnya, ketika ia mampu menyanyikan lagu dengan penuh penghayatan, natural dan tidak dibuat-buat.
Ketika ia juga dapat menggabungkan apa yang dirasakan dari lagu tersebut kedalam suara dan gaya panggung yang ia bawakan.
Dari pertemuan singkat dan obrolan ringan yang tidak disengaja dengan kawan lama, saya mengambil insight sederhana: “Berbahagialah. Dengan demikian tugas untuk membuat orang lain bahagia akan jauh lebih mudah dilakukan.”
Nasihat ini dapat diilustrasikan dengan instruksi safety talk yang acapkali kita dengar dari cabin crew atau pramugari persis sebelum pesawat terbang yang kita tumpangi melakukan take off: “Kenakan maskermu terlebih dahulu, baru membantu yang lainnya”.(*)