Selama seminggu penuh Eugène Dubois bekerja keras untuk menyatukan kepingan-kepingan itu menjadi tengkorak utuh seperti masih dapat disaksikan sampai sekarang.
Reaksinya juga merekomendasikan lebih baik B.D. van Rietschoten dan penduduk di sekitar wilayah temuan tersebut untuk tidak melanjutkan aktifitasnya sampai ada ahlinya.
Reaksi positif diapresiasikan kepadanya atas betapa sangat berharganya temuan tersebut, dan menindaklanjuti dengan menghentikan aktifitas penambangan marmernya.
Peristiwa itu telah mengubah orientasi wilayah penelitian Eugène Dubois, dari Sumatera Barat menuju khususnya ke lokasi temuan manusia Wajak tersebut, dan secara umum Jawa.
Beberapa tahun berikutnya, temuan-temuan ini telah diidentifikasi sebagai Homo sapiens yang berantikuitas sekitar 40.000 tahun yang lalu, dan dianggap semasa dengan temuan di Gua Niah (Serawak, Malaysia); namun sekarang, pertangggalan absolutnya hanya 6.560 – 10.560 Sebelum Tarikh Masehi.
Sebenarnya pandangan awal pernah diutarakan Eugène Dubois, manusia Wajak ini mengesankan secara garis besar jauh dari karakteristik “tipe Melayu” (Malay type), namun mendekati karakteristik “tipe Papua” (Papuan type).
Temuan-temuan ini tetap sangat penting karena merupakan temuan Homo sapiens yang tertua di Indonesia saat itu.
Bukti-bukti arkeologisnya makin menegaskan temuan ini berasal dari situs kubur Mesolitik (Pleistosen Akhir – Holosen Awal).
Beberapa ahli telah menduga nanusia Wajak ini beras Australomelanesoid, yang terus mengalirkan gen-gennya melalui migrasi ke wilayah bagian selatan Jawa Timur, dan terus ke situs-situs gua Flores, Timor, dan mencapai Australia.
Pemaparan Manusia Wajak juga telah dihubungkan dengan temuan-temuan Homo sapiens awal di Gua Niah (Serawak, Malaysia) dan Daratan Cina, khusunya Liujiang.
Upaya lain juga telah dilakukan oleh beberapa penganut multiregional evolution yang mengajukan adanya continuous lineage dari Pithecanthropus (Homo) erectus via Solo dan Wajak sampai manusia resen Australia.
Oleh karena itu, temuan manusia Wajak tersebut menjadi objek spekulasi banyak para ilmuwan untuk menghubungkan dengan temuan-temuan hominid yang lebih tua dan manusia modern beserta lingkungan, kebudayaan dan migrasinya.
Eugène Dubois tiba dan memulai aktifitas ekskavasi di Wajak pada 9 Juni 1890. Dalam tahun yang sama di ujung September, Manusia Wajak yang kedua ditemukan walaupun relatif fragmenter dan terbalut matriks kerasnya.
Beliau tercengang, seperti mengingatkan kembali kepada temuan sebelumnya, ternyata memang temuan ini berkarakteristik morfologis sama.