Rudal “Penakluk atau Pemberi Kemenangan” sesuai namanya itu, adalah rudal hipersonik berjangkauan 1.400 kilometer.
Kecepatannya mampu mencapai kecepatan suara Mach 13-15. Kecepatan itu jelas memungkinkannya menghindari semua sistem pertahanan udara di dunia.
Rudal Fattah-1 didukung mesin bahan bakar padat dua tahap. Setelah rudal Fattah-1, Iran melanjutkan ke produk rudal jelajah Fattah-2 berkecepatan hipersonik juga.
Belum banyak informasi tentang rudal hipersonik terbaru Iran ini.
Iran juga masih memiliki rudal jelajah Abu Mahdi, nama yang dipilih untuk menghormati almarhum Abu Mahdi al-Muhandis.
Abu Mahdi turut tewas bersama Qassem Soleimani oleh serangan drone AS. Tokoh Irak ini adalah pemimpin utama kelompok PMF Irak.
Rudal Abu Mahdi memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 0,55 meter, berat 1.650 kilogram dengan lebar sayap 3,1 meter.
Hulu ledaknya berkekuatan 410 kilogram. Didukung mesin turbojet Toloue buatan Iran dan mampu terbang dengan kecepatan subsonik sekitar 900 km per jam.
Jarak jangkau rudal ini lebih kurang 1.000 kilometer, dapat diluncurkan dari darat, kapal perang, maupun pesawat terbang.
Tidak diketahui berapa banyak stok rudal ini yang dimiliki Iran. Tapi secara efektif senjata ini mampu memberi sokongan Iran untuk mengontrol perairan Teluk Persia, Teluk Oman, dan hampir seluruh Laut Arab.
Selain rudal-rudal jarak jauh, Iran memiliki drone mutifungsi Mohajer-10. Drone ini bisa dikerahkan untuk misi pengawasan, serangan jarak jauh, peperangan elektronik, dan superioritas spektrum penuh.
Drone ini memiliki jangkauan operasional hingga 2.000 kilometer, waktu ketahanan 24 jam, ketinggian penerbangan maksimum 7 km, dan puncak kecepatan hingga 210 km per jam.
UAV ini memiliki kapasitas muatan 300 kg, dapat disesuaikan untuk membawa persenjataan atau peralatan pengawasan dan peperangan elektronik.
Mohajer-10 adalah yang terbaru dari rangkaian panjang drone seri Mohajer – yang asal usulnya dimulai sejak Perang Iran-Irak.
Militer Iran dan IRGC saat itu menyadari pentingnya drone dalam peperangan modern. Empat puluh tahun kemudian, media AS mengakui Iran sebagai lima kekuatan drone terbesar di dunia.
Di darat, Iran memiliki sistem pertahanan udara Sevom Khordad yang memiliki mobilitas tinggi dengan dukungan teknologi radar pendeteksi rudal, drone, dan pesawat tempur.
Drone mata-mata AS, RQ-4A Global Hawk BAMS-D pada 2019 hancur jadi besi tua sesudah ditembak rudal pertahanan udara Sevom Khordad.
Drone canggih itu terbang secara tidak sengaja ke wilayah udara Iran di atas Selat Hormuz.
Sevom Khordad dilengkapi perangkat elektronik pertahanan dan rudal permukaan ke udara (SAM) berbahan bakar padat berpemandu radar Taer-2B buatan Iran.
Radarnya mampu melacak 100 target pada jarak hingga 350 km. Rudal yang digunakan memiliki jangkauan hingga 200 kilometer, dan dapat mendaki ketinggian hingga 30 km.
Penembakan Global Hawk pada Juni 2019 oleh Sevom Khordad yang dioperasikan IRGC nyaris membawa Iran dan AS ke ambang perang.
Kelompok neokonservatif AS mendesak Trump membalas serangan Iran. Teheran langsung memberitahu Trump mereka bisa lebih mematikan pada saat yang sama.
Iran bisa dengan mudah menembak jatuh pesawat mata-mata Boeing P-8 Poseidon berawak dengan hampir tiga lusin prajurit di dalamnya yang terbang bersama Global Hawk di sekitar Selat Hormuz.
Tapi Iran tak mengeksekusinya untuk menghindari eskalasi konflik. Trump pada akhirnya mengabaikan desakan kelompok neocon AS.
Iran berhasil mengirimkan pesan terang benderang ke Washington, meskipun Teheran tidak ingin berkonflik dengan AS,tapi mereka siap meladeni habis-habisan.
Ini sebagian fakta tentang Iran, situasi geopolitik Timur Tengah, dan sejumlah risiko jika Joe Biden dan Israel lupa daratan, dan memantik konflik lebih jauh dengan Iran.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)