News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Ini Dia Rencana Rusia di Ukraina pada Musim Panas 2024

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan Rusia menembakkan howitzer ke arah musuh

Tentu saja, barat tidak mungkin berdiam diri dan menunggu Rusia mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa melakukan tindakan apa pun.

Namun setelah kegagalan serangan balasan Ukraina tahun lalu, tidak ada gagasan jelas yang muncul mengenai cara mengalahkan Moskow.

Lebih buruk lagi, dari sudut pandang lawan-lawan Rusia, perpecahan politik di negara-negara barat telah mencapai proporsi yang sedemikian rupa sehingga sudah waktunya tidak membicarakan strategi blok tersebut secara keseluruhan.

Ini tentang solidaritas para elite globalis, yang menghadapi oposisi yang semakin besar di masing-masing wilayahnya maupun negara-negara selatan.

Akibatnya cita-cita mereka sulit diwujudkan.

Musim gugur lalu diputuskan tugas Ukraina pada 2024 adalah mempertahankan, membangun, dan menyerang.

Ukraina harus mempertahankan garis depan, membangun pertahanan, dan membombardir Rusia sekuat mungkin – sambil membangun kembali angkatan bersenjata dan bersiap menghadapi pertempuran yang menentukan kemenangan pada 2025.

Putin yang kelelahan diprediksi akan memilih berdamai.

Bagian pertama masih bertahan (terutama mengingat fakta Rusia tidak mencapai kemajuan apa pun), namun bagian kedua lebih sulit.

Pertikaian politik dan kekurangan senjata, pasokan tidak mencukupi bahkan untuk kebutuhan Angkatan bersenjata Kiev saat ini.

Situasi politik domestik di Ukraina perlahan namun pasti semakin memburuk. Dengan kata lain, sejauh ini, semuanya berjalan sesuai rencana Putin dan bukan rencana barat.

Secara bertahap tentara Ukraina semakin melemah, bukan semakin kuat.

Selain masalah kelambatan suplai senjata barat, ada masalah lain yang jauh lebih serius: Ukraina kehabisan tentara.

Menurut berbagai perkiraan, hingga 1,5 juta orang telah direkrut angkatan bersenjata Ukraina selama konflik.

Awalnya kelompok ini terdiri dari mereka yang ingin melawan, atau setidaknya tidak menentangnya. Namun, kini hal itu tidak mudah.

Upaya untuk meningkatkan jumlah wajib militer di Ukraina ditanggapi perlawanan total oleh orang-orang yang khawatir dan melarikan diri secara massal dari perekrut militer.

Anggota parlemen pun juga ragu-ragu mengenai rancangan undang-undang tentang perluasan mobilisasi sejak musim gugur.

Prajurit Rusia menghadiri upacara di Lapangan Kemenangan Saint Petersburg (Ploschad Pobedy) untuk memperingati 80 tahun terobosan Pengepungan Leningrad oleh Nazi selama Perang Dunia II, pada 18 Januari 2023. (Olga MALTSEVA / AFP)

Jadi negara-negara barat, yang trauma dengan kegagalan Ukraina tahun lalu, kini enggan memberikan senjata yang semakin langka.

Pada saat yang sama mereka tidak melihat adanya motivasi untuk memberikan lebih banyak senjata selama pihak Ukraina sendiri tidak mau berperang.

Tidak ada pembicaraan untuk meningkatkan pasokan senjata dari barat ke Ukraina pada 2025, dan bahkan mempertahankan volume dan pendanaan anggaran saat ini (sekitar $40 miliar per tahun) pun masih sangat diragukan.

Kremlin sangat menyadari semua ini dan meningkatkan dampaknya bagi negara-negara barat.

Akibat serangan di sektor energi, Ukraina berubah dari negara donor menjadi negara yang membutuhkan pasokan listrik dari Uni Eropa.

Serangan terhadap fasilitas penyimpanan gas di Ukraina bagian barat meningkatkan risiko terganggunya musim dingin mendatang.

Negara-negara barat sesungguhnya telah berada di persimpangan jalan, menarik diri dari konflik dan bernegosiasi dengan Rusia, atau menaikkan taruhan dan langsung berperang.

Presiden Prancis Emmanuel Macron telah melakukan tes gagasan dengan menawarkan pengiriman langsung tentara Eropa ke Ukraina.

Reaksi di Perancis maupun di antara anggota NATO memperlihatkan pandangan, tidak akan ada pasukan barat di Ukraina dalam jumlah yang signifikan di masa mendatang.

Dihadapkan pada persimpangan jalan ini, negara-negara barat tidak dapat memilih satu atau lain cara dan malah hanya berdiam diri dan menyaksikan Ukraina perlahan-lahan kalah.

Sekarang patut ditunggu apakah ada keputusan mendasar yang akan diambil pada KTT NATO pada Juli 2024?

Apakah Kongres AS akan mampu memberikan uang kepada Ukraina dan, yang lebih penting, apakah uang tunai ini benar-benar akan membantu negara tersebut dan tidak hanya memperpanjang penderitaannya.

Belum lagi apakah Kiev akhirnya bisa menyelesaikan masalah mobilisasi tanpa menimbulkan kerusuhan di belakang.

Terpenting, apakah negara-negara barat dapat menghasilkan rencana yang koheren yang akan memaksa Kremlin mengambil risiko.

Jika tidak, jika keadaan terus berlanjut seperti sekarang, Rusia dapat terus berdiam diri dan menunggu sampai Ukraina jatuh ke tangannya seperti buah yang terlalu matang.

Moskow setidaknya memiliki waktu beberapa tahun untuk melakukan hal tersebut. Tapi berapa lama waktu yang dimiliki Kiev? (Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini