Mahasiswa dan Lulusan SMA Kini Merajai Investor Pasar Modal Indonesia
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia menyebut saat ini investor pasar modal didominasi oleh usia di bawah 30 tahun (58,65%) dan lulusan SMA (62,95%).
Editor: Hendra Gunawan
Dari posisi 7,49 juta investor pada akhir 2021 menjadi 10,24 juta investor per 16 Desember 2022.
Angka itu merupakan jumlah investor pemilik saham, surat utang, reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN) dan jenis efek lain yang tercatat di KSEI.
Dengan komposisi 4,42 juta investor memiliki aset saham, surat utang dan efek lainnya. 9,53 juta investor memiliki aset reksa dana, dan 826.000 investor memiliki aset SBN.
Berdasarkan data yang tercatat di KSEI per 16 Desember 2022, investor pasar modal didominasi oleh 62,63% laki-laki, 58,65% usia di bawah 30 tahun, 32,21% pegawai swasta, 62,95% lulusan SMA, 48,53% berpenghasilan Rp 10 juta-100 juta/tahun dan 69,09% berdomisili di pulau Jawa.
Dibandingkan data demografi dari tahun sebelumnya, terdapat pergeseran dominasi tingkat pendidikan.
Sebelumnya investor pasar modal Indonesia paling banyak adalah lulusan sarjana. Kini, tingkat pendidikan investor yang paling banyak adalah lulusan SMA, atau yang masih duduk di bangku kuliah.
Selain itu, pertumbuhan jumlah investor di wilayah timur, yaitu Papua dan Maluku mengalami pertumbuhan sekitar 40% dan menjadi pertumbuhan tertinggi dibandingkan wilayah lainnya.
Pertumbuhan investor di luar Pulau Jawa juga diakselerasi oleh perkembangan teknologi.
Supranoto menyampaikan, 78,15% investor melakukan pembukaan rekening melalui selling agent fintech (financial technology). "Sehingga, platform digital memang menjadi sarana yang banyak dimanfaatkan oleh investor untuk berinvestasi pasar modal," ujarnya.
Upaya untuk membuka akses ke pasar modal melalui simplifikasi pembukaan rekening juga terus dilakukan KSEI melalui kerja sama dengan perusahaan efek dan bank administrator rekening dana nasabah (RDN).
Baca juga: Siap IPO, Perusahaan Distribusi Kimia Incar Rp 58,5 Miliar dari Pasar Modal
Selama 2022, terdapat penambahan satu bank administrator RDN yang bekerja sama dengan KSEI.
Sehingga total terdapat 18 bank yang dapat mendukung pembukaan RDN dalam berinvestasi di pasar modal.
Sedangkan jumlah perusahaan efek yang dapat mendukung program simplifikasi pembukaan rekening sepanjang tahun 2022 juga bertambah 9 perusahaan sehingga secara total terdapat 40 perusahaan efek yang dapat mendukung proses pembukaan rekening secara online.
Direktur KSEI Syafruddin melanjutkan, dukungan KSEI kepada investor domestik juga dilakukan melalui kerja sama KSEI dan Bank Indonesia.
Sejak 31 Januari 2022, KSEI secara resmi telah memperoleh izin operasional sebagai salah satu dari 106 peserta BI-FAST dan satu-satunya anggota yang berasal dari lembaga non perbankan.
"Bergabungnya KSEI sebagai peserta BI-FAST diharapkan dapat mendukung peningkatan efisiensi transaksi di pasar modal Indonesia, khususnya investor ritel," ungkap Syafruddin.
Syahruddin bilang, KSEI telah menyusun 41 rencana kerja untuk tahun 2023.
Salah satunya adalah rencana pengembangan alternatif penyimpanan dana nasabah pada SRE untuk instrumen efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang dan investor fund unit account (IFUA) untuk instrumen reksa dana.
“Jadi nanti selain RDN, investor pasar modal Indonesia juga memiliki alternatif untuk penyimpanan dan penyelesaian dana pada SRE maupun IFUA.
Sehingga investor pasar modal tidak perlu menunggu lagi pembukaan RDN untuk bertransaksi di pasar modal,” ungkap Syafruddin.
Sebagai informasi, KSEI didirikan pada 23 Desember 1997.
KSEI merupakan salah satu Self-Regulatory Organization (SRO) bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Pada tahun ini KSEI memperoleh predikat sebagai kustodian sentral terbaik di Asia Tenggara dari Alpha South East Asia.
Gelar yang sama sebelumnya diraih KSEI pada tahun 2016, 2018, 2019 dan 2021. (Kontan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.