Didukung Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi, Menteri BUMN Sebut Indonesia Tidak Akan Alami Resesi
Erick melihat negara-negara G20 justru banyak yang berada jauh di bawah Indonesia secara perekonomian.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
"Kita mirip-mirip Amerika dan China yang fondasinya kuat, kalau kita bandingkan dengan negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Thailand justru berbalik mereka lebih mengandalkan ekspor," ujar Erick.
Erick menambahkan Indonesia bahkan mendapatkan durian runtuh dari surplus neraca perdagangan sepanjang 2022.
Nilai neraca perdagangan Indonesia tahun 2022 mencetak rekor tertinggi dengan capaian surplus sebesar 51 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
"Itu angka yang tidak pernah terpikirkan karena kenapa Presiden Jokowi berhasil menurunkan hilirisasi dari pada sumber daya alam yang selama ini kita terjebak ingin cari uang cepat," tutur Erick.
Erick menyebut saat ini harga bahan mentah nikel sudah melambung dari 1 miliar dolar AS menjadi 20 miliar dolar AS berkat kebijakan hilirisasi.
Baca juga: Indonesia Waspadai Dampak Resesi yang Bakal Menimpa AS Maret Ini
"Bapak Presiden sekarang mendorong bagaimana yang namanya new market selatan to selatan itu yang kita garap sekarang seperti Pakistan, Afrika, UAE kemarin kita sudah tandatangan CEPA," tukasnya.
Menurut Erick, Indonesia memiliki fundamental yang kuat untuk menghadapi ancaman resesi.
Ditambah lagi, realisasi investasi yang sudah tembus Rp1.200 trilun namun belum publish kuartal IV 2022.
"Yang menarik juga cita-cita Bapak Presiden kita membangun Indonesia sentris ini terjadi, sekarang investasi antara Jawa dan luar Jawa sudah seimbang," imbuhnya.