Menko Airlangga Hartarto Sebut Konsumsi dan Investasi Bikin Fondasi Ekonomi RI Kuat Pasca Pandemi
Inflasi juga tetap terkendali 5,51 persen pada 2022 berkat hasil koordinasi usaha ekstra pemerintah pusat dan daerah.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
"Waktu pandemi, pendapatan negara terpukul karena semua rakyat ekonominya berhenti. Jadi penerimaan negara kita drop 16 persen menjadi Rp 1.600 triliun saja," kata Ani, sapaan Sri Mulyani.
Ani mengatakan, belanja negara turut mengalami kenaikan sebesar 12,4 persen atau sebesar Rp2.595,5 triliun. Sedangkan pembiayaan utang negara naik 181,0 persen atau Rp 1.229,6 triliun.
"Pendapatan turun, belanjanya naik makanya defisit melonjak tinggi sekali. Oleh karena itu defisit menjadi Rp 947 triliun. Ini yg sudah angka aktual dibandingkan Perpres nya tadi," tutur dia.
Baca juga: Jokowi: Jika Pemerintah Terapkan Lockdown, Rakyat Pasti Rusuh dan Negara Tak Bisa Kasih Bantuan
Ani mengaku, peningkatan defisit APBN ini terjadi dalam kurun waktu yang sangat cepat.
Sehingga situasi ekonomi secara keseluruhan mengalami volatilitas.
"Waktu itu juga capital market, semuanya dalam situasi yg sangat volutality. Sehingga waktu kita butuh banyak, situasi di dalam bon market dan capital market sangat tidak kondusif,"ucap dia.
Untuk itu, Ani mengatakan, pemerintah melakukan kesepakatan dengan mekanisme Burden Sharing dalam penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional di tahun 2020.
"Makanya kita membuat SKB 1-2-3 dengan Bank Indonesia. Karena memang tantangannya extra ordinary. Magnitude nya besar sekali," lanjutnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.