Ditutup di Level Harga IPO, Debut Perdana Perdagangan Saham Pertamina Geothermal Energy Antiklimaks
Alih-alih menguat, saham anak usaha PT Pertamina (Persero) ini malah ditutup di level harga IPO Rp 875 per saham.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Initial public offering (IPO) terbesar di awal 2023 ini justru seret.
Debut perdana perdagangan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) antiklimaks.
Alih-alih menguat, saham anak usaha PT Pertamina (Persero) ini malah ditutup di level harga IPO Rp 875 per saham.
Pada awal perdagangan perdana, Jumat (24/2), harga saham PGEO sempat naik 5,71 persen ke level Rp 925 per saham. Tak berlangsung lama, saham PGEO kemudian melemah hingga auto rejection bawah (ARB) 6,8% ke level 815 per saham sebelum akhirnya kembali rebound ke level IPO.
Baca juga: Selain Penambahan Modal, Analisis Pengamat Sebut IPO akan Bernilai Strategis Terhadap PGE
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mencermati, dalam beberapa tahun ini, saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usahanya yang melakukan IPO memang kurang berkinerja baik. Kalaupun memang tidak langsung jeblok di hari pertama, pada akhirnya saham-saham pelat merah ini menukik di bawah harga perdananya.
Contohnya, saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) yang saat ini berada di level Rp 700. Harga ini berada di bawah level IPO MTEL di harga Rp 770. Sejak awal tahun alias secara year-to-date (YtD), saham perusahaan telekomunikasi ini melemah 12,50%.
Bahkan ada saham anak BUMN yang mengalami penurunan yang cukup dalam, salah satunya seperti PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) yang merupakan anak usaha Pertamina. Pada saat IPO, TUGU memasang harga Rp 3.850 per saham. Per Jumat (24/2), saham TUGU sudah berada di level Rp 1.995 per saham.
Teguh mengamati, pelemahan saham-saham ini terjadi ketika IHSG cenderung stabil. “Kalau misal IHSG turun dan saham-saham ini turun maka wajar. Ini tidak, mereka turun sendiri. Malah bisa jadi penurunan saham-saham ini yang bikin IHSG turun karena jumlahnya cukup banyak,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Jumat (24/2).
Baca juga: IPO PGE, Perseroan Lepas 25 Persen Saham hingga Dinilai Bukan Privatisasi
Di sisi lain, ketika perusahaan melakukan IPO, terlepas dari dari prospeknya bagus atau tidak, valuasinya biasanya akan tinggi (premium). Ini akan membuat pasar akan melakukan penyesuaian sehingga saham-saham IPO akan melemah, meskipun sahamnya memiliki fundamental bagus.
Terawang dia, IPO yang dilakukan oleh BUMN dan anak usahanya ke depan berpotensi akan bernasib serupa dengan saham-saham BUMN yang terkoreksi. “Meskipun kata Wakil Menteri BUMN mau ada IPO-IPO lagi, saya justru khawatir dengan IHSG karena saham-saham ini akan turun dan memberatkan IHSG,” sambung dia.
Secara umum, Teguh menilai saham-saham debutan IPO saat ini memiliki kualitas yang kurang bagus. Bukan hanya perusahaan pelat merah, perusahaan swasta pun umumnya akan menurun setelah melakukan IPO.
“Ada penurunan kualitas (emiten IPO) dibandingkan dulu, karena dahulu yang IPO adalah perusahaan yang bagus-bagus,” tutup Teguh.
PGEO resmi mencatatkan sahamnya hari ini (24/2), dan menetapkan harga IPO di harga Rp 875 per saham. Ini merupakan rentang tengah dari harga book building yang dipasang PGEO berada di Rp 820-Rp 945.
Baca juga: Pengamat Nilai IPO PGE Penting untuk Dukung Optimalisasi Bauran Energi
Dalam hajatan IPO, PGEO melepas sebanyak 10,35 miliar saham yang mewakili sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Sehingga, perusahaan pelat merah ini meraup dana segar hingga Rp 9,05 triliun dari aksi korporasi tersebut.
Dalam penawaran umum perdana saham, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGEO juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.
Sejumlah investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGEO antara lain Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan energi hijau yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana tidak merinci berapa porsi dari investor asing tersebut. “Yang asing banyak, yang lokal juga banyak. Yang terpenting bagaimana investor yang berkualitas masuk dan menjadi investor PGEO,” kata Oki saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Jumat (24/2).
artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Pelajaran IPO BUMN dari Pertamina Geothermal Energy (PGEO)