Kinerja Ekspor Indonesia 10 Bulan Merosot Tajam, Alarm Bahaya di Ujung Pemerintahan Jokowi
Nilai ekspor Indonesia selama 10 pertama 2023 yakni dari Januari hingga Oktober 2023 turun 12,15 persen secara year on year.
Editor: Choirul Arifin
"Kontraksi ini tentunya didorong oleh penurunan ekspor nonmigas dan melanjutkan tren yang terjadi sejak awal tahun yang disebabkan harga-harga komoditas unggulan di pasar global yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu," sambungnya.
Ini Pemicu Kemerosotan Ekspor
Pudji Ismartini mengatakan, pemicu utama penurunan kinerja ekspor Januari-Oktoberadalah dari sektor industri pengolahan sebesar 155,16 miliar dolar AS atau menurun -10,30 persen dari 2022 yaitu 172,97 miliar dolar AS.
"Penurunan ekspor sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama atas turunnya kinerja ekspor Januari sampai dengan Oktober 2023," ungkapnya.
Sedangkan penurunan ekspor nonmigas sejatinya terjadi pada seluruh sektor diantaranya sektor pertambangan dan lainnya yaitu sebesar 42,41 miliar dolar AS atau menurun -20,80 persen dari 2022 mencapai 53,55 miliar dolar AS.
Baca juga: Ekonomi Tahun Ini Sulit, Bahlil Sebut Kinerja Ekspor dan Investasi Kuartal I 2023 Alami Penurunan
Kemudian sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 3,68 miliar dolar AS atau menurun -10,44 persen dari 2022 yaitu 4,11 miliar dolar AS.
"Ini sejalan dengan penurunan harga komoditas pertambangan di pasar global secara tahunan sebesar," ungkap Pudji.
Komoditas nonmigas yang nilai ekspor turun diantaranya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati dan hewani atau serta berbagai produk kimia.
Dipengaruhi Gagal Bayar AS
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kasus gagalan bayar utang pemerintah AS dapat menyebabkan krisis di negara tersebut.
Efeknya dapat mempengaruhi kinerja ekspor negara mitra dagang AS seperti Indonesia, yang juga merupakan eksportir sejumlah komoditas dan produk ke Negeri Paman Sam.
"Sinyal ekonomi AS yang mengalami dobel crisis yakni krisis gagal bayar utang dan ancaman resesi ekonomi semakin terlihat, dan harus menjadi warning bagi ekonomi negara berkembang seperti Indonesia," ucap Bhima kepada Tribunnews, Sabtu (29/4/2023).
"AS merupakan mitra dagang yang penting, dan hub manufaktur Indonesia selain ke China, Jepang, dan India," sambungnya.
Sejumlah sektor yang terpengaruh, lanjut Bhima, diantaranya seperti ekspor pakaian jadi, alas kaki, produk olahan karet, Crude Palm Oil atau CPO, furnitur, produk perikanan, hingga produk barang dari kulit.