1.600 Tenaga Kesehatan Haji Dikerahkan Layani Jemaah Indonesia di Arab Saudi
Setiap kloter diisi satu dokter dan dua perawat untuk memberi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kesehatan bagi jemaah.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jemaah haji Indonesia tahun 2023 sebanyak 203.320 orang dengan jumlah jemaah haji risiko tinggi sebesar 73 persen.
Perihal tingginya angka jemaah haji berisiko tinggi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengirimkan 1.600 orang tenaga kesehatan haji (TKH) untuk mengawal para jemaah haji Indonesia di masing-masing kelompok terbang (kloter).
Baca juga: Hingga Saat Ini, 34.358 Jemaah dan Petugas Haji Diberangkatkan ke Madinah
Setiap kloter diisi satu dokter dan dua perawat untuk memberi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kesehatan bagi jemaah. Kehadiran TKH dinilai penting karena jemaah haji tahun ini didominasi lansia dan berisiko tinggi.
Berdasarkan Sistem Informasi Kesehatan Jemaah Haji Indonesia (Siskohatkes) kelompok jemaah haji risiko tinggi pada 5 tahun terakhir yakni 2016 sebanyak 65 persen, 2017 sebanyak 63 persen, 2018 sebanyak 66 persen, 2019 sebanyak 65 persen, dan 2022 sebanyak 68 persen.
“Bidang kesehatan haji sudah menyiapkan beberapa pelayanan kesehatan untuk jemaah haji mulai dari titik terdekat yaitu Kloter, layanan kegawatdaruratan di sektor, hingga tingkat rujukan baik ke KKHI maupun ke Rumah Sakit Arab Saudi,” kata Kepala Bidang Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi M. Imran dalam keterangannya, Rabu (31/5/2023).
Baca juga: Lagi Jamaah Haji Syahid, Aminah Wafat di Madinah
Kehadiran TKH di tengah kloter diharapkan selain memberi pelayanan kesehatan, juga pelayanan promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh serta berkesinambungan.
“TKH adalah garda kesehatan terdepan yang akan memberikan pelayanan kesehatan pertama di kloter selama 24 jam,” jelas dia.
Adapun tugas TKH dimulai dari embarkasi kabupaten/kota di mana harus mengidentifikasi 50 jemaah dengan risiko tinggi dan melaksanakan promosi kesehatan kepada jemaah haji.
Selama pelaksanaan ibadah haji terutama pada fase pra armuzna, TKH harus memonitor setiap hari kondisi Kesehatan jemaah berisiko tinggi. Setiap harinya TKH melaksanakan visitasi, konsultasi kesehatan, pengukuran tekanan darah, dan pengawasan minum obat bagi jemaah yang memiliki penyakit penyerta.
Aktivitas TKH setiap hari juga perlu dimasukkan dalam aplikasi tele-petugas. Aplikasi ini membantu TKH untuk melihat progres kesehatan dari para jemaah di kloternya.
“TKH harus siaga saat terjadi kegawatdaruratan medis pada jemaah haji. Kuatkan koordinasi dengan petugas di sektor sehingga jemaah cepat tertangani,” ucap dia.
Jika terjadi kegawatdaruratan di pemondokan, TKH yang akan memberikan pertolongan pertama kepada jemaah dan segera berkoordinasi dengan tim kegawatdaruratan sektor untuk merujuk jemaah ke pelayanan kesehatan berikutnya.
TKH juga dibekali obat-obatan dan perbekalan kesehatan untuk mendukung pelayanan kesehatan untuk jemaah haji.
Selain pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif, TKH juga aktif mengingatkan jemaahnya untuk memakai masker, payung, dan alas kaki saat aktivitas di luar hotel, serta memberi pemahaman kepada jemaah berisiko tinggi untuk tidak beribadah sunah di luar pemondokan.
“Kami imbau TKH untuk fokus layani jemaah. Tidak mengejar ibadah sunah sehingga meninggalkan jemaah tanpa ada pendampingan,” tuturnya.