China Mengirim 56 Pesawat Tempur ke Zona Pertahanan Taiwan, Analis: Pertempuran Tak Mungkin Terjadi
China kembali melakukan penerbangan pesawat tempurnya ke zona pertahanan Taiwan pada Senin (5/10/2021).
Penulis: Rica Agustina
Editor: Whiesa Daniswara
"Tekad untuk mempertahankan kedaulatan kita tidak tergoyahka," kata video itu.
Baca juga: POPULER Internasional: Paku 1 kg di Perut Seorang Pria | Pesawat China Masuki Zona Pertahanan Taiwan
Menanggapi hubungan China dan Taiwan, Departemen Luar Negeri AS menyuarakan keprihatinannya pada hari Senin.
"Amerika Serikat sangat prihatin dengan aktivitas militer provokatif Republik Rakyat China di dekat Taiwan, yang mengganggu stabilitas, berisiko salah perhitungan, dan merusak perdamaian dan stabilitas regional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan.
"Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan," lanjutnya.
Kementerian Luar Negeri China menanggapi pernyataan AS yang menurut mereka adalah pernyataan yang tidak bertanggung jawab.
"Pernyataan yang relevan dari Amerika Serikat telah secara serius merusak One-China Principle," kata juru bicara kementerian Hua Chunying seperti dikutip dalam siaran pers pada Senin malam.
"Dalam beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat telah melanjutkan tindakan negatifnya dalam menjual senjata ke Taiwan dan meningkatkan hubungan militer resminya antara Amerika Serikat dan Taiwan," katanya.
"Tindakan provokatif ini telah merusak hubungan China-AS dan merusak perdamaian dan stabilitas regional. China dengan tegas menentang ini dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan," sambungnya.
Untuk diketahui, China dan Taiwan merupakan daratan yang telah diperintah secara terpisah sejak berakhirnya perang saudara lebih dari tujuh dekade lalu, di mana Nasionalis yang kalah melarikan diri ke Taipei.
Namun, Beijing memandang Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya, meskipun Partai Komunis China tidak pernah memerintah pulau demokratis berpenduduk sekitar 24 juta orang itu.
Di masa lalu, para analis mengatakan penerbangan itu kemungkinan melayani beberapa tujuan untuk China, baik menunjukkan kekuatan PLA kepada audiens domestik dan memberikan intelijen dan keterampilan militer China yang akan dibutuhkan dalam setiap potensi konflik yang melibatkan Taiwan.
Baca juga: Presiden Jokowi Diyakini Mampu Membujuk China untuk Menyudahi Aksi Genosida terhadap Etnis Uighur
Tetapi bahkan dengan lonjakan terbaru dalam penerbangan China di dekat Taiwan, para analis mengatakan pertempuran yang sebenarnya tidak mungkin terjadi.
"China membutuhkan pengungkit untuk mencegah Taiwan mengambil tindakan yang tidak diinginkan, terutama inisiatif yang condong ke kemerdekaan," kata Lionel Fatton, seorang profesor di Universitas Webster di Swiss.
"Agar pengungkit ini menjadi kuat, China harus (1) memiliki kemampuan (militer) untuk mengaktifkannya jika diperlukan, dan (2) ancaman untuk melakukannya harus kredibel di mata Taipei," sambungnya.
"Latihan udara berulang didedikasikan untuk mengirim pesan yang jelas dalam hal ini," kata Fatton kepada CNN pada hari Minggu.
Selama Taiwan tidak mengambil langkah yang mengarah ke kemerdekaan/kehadiran otonom yang lebih besar di kancah internasional, pertempuran tidak mungkin terjadi, pungkasnya.
Baca artikel lain seputar China-Taiwan
(Tribunnews.com/Rica Agustina)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.