Kota Mariupol Ukraina Lumpuh, 400.000 Warga Terjebak Tanpa Air dan Listrik karena Rusia Ingkar Janji
Berikut update mengenai situasi di Kota Mariupol Ukraina yang disebut sebagai bencana karena tanpa listrik dan air.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
"Mereka ingin memisahkan kita dari koridor kemanusiaan, menutup pengiriman barang-barang penting, pasokan medis, bahkan makanan bayi. Tujuan mereka adalah mencekik kota dan menempatkannya di bawah tekanan yang tak tertahankan," ujarnya.
Boichenko mengatakan, warga yang terluka dan meninggal dunia selama lima hari terakhir ini berjumlah belasan dan pada hari kedelapan invasi, ada ratusan.
"Sekarang, kita sudah berbicara tentang ribuan. Angka-angka ini hanya akan bertambah buruk," kata Boichenko.
"Tapi ini adalah hari keenam serangan udara berturut-turut dan kami tidak bisa keluar untuk menemukan korban tewas."
"Mereka mengatakan ingin menyelamatkan orang Ukraina dari pembunuhan, tetapi merekalah yang melakukan pembunuhan itu," kata Boichenko.
"Dengar, dokter pemberani kita telah menyelamatkan nyawa di sini sekarang selama 10 hari berturut-turut. Mereka tinggal dan tidur di rumah sakit kita bersama keluarga mereka," ucapnya.
Baca juga: PBB Sebut Lebih dari 1,3 Juta Warga Ukraina Melarikan Diri Sejak Invasi Rusia Dimulai
Boichenko juga menjelaskan tentang koridor kemanusiaan, yang telah dibatalkan pada hari Sabtu.
"Kami memiliki 50 bus penuh bahan bakar, dan kami hanya menunggu gencatan senjata dan jalan dibuka sehingga kami bisa mengeluarkan orang dari sini," katanya.
"Tapi sekarang kami turun menjadi hanya 30 bus. Kami menyembunyikan bus-bus itu di lokasi lain, jauh dari penembakan, dan kehilangan 10 lainnya di sana. Jadi kami turun menjadi 20."
"Jadi, ketika koridor kemanusiaan ini akhirnya dibuka untuk kita besok atau kapan pun, kita mungkin tidak memiliki bus yang tersisa untuk mengevakuasi orang-orang."
Boichenko mengatakan, menyelamatkan Mariupol seakan mustahil.
"Satu-satunya tugas sekarang adalah membuka koridor kemanusiaan ke Mariupol dengan cara apa pun.
"Semua ini sedang dilakukan, saya akan ulangi untuk keseribu kalinya, untuk menghancurkan kita sebagai sebuah bangsa. Kami berharap mungkin besok saat fajar menyingsing, mungkin setetes embun cinta akan memercik orang-orang di kota ini," katanya.
"Kota Mariupol sudah tidak ada lagi," kata Boichenko kepada pewawancara YouTube.
"Setidaknya kota yang pernah Anda lihat," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)