Iran Selidiki Kasus Keracunan Gas 650 Siswi, Racun Diduga Sengaja Disebar agar Sekolah Tutup
Seorang menteri senior Iran mengklaim bahwa ratusan siswi di negara itu sengaja diracuni.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Whiesa Daniswara
Sejak September, lembaga ulama telah ditentang oleh protes massa yang meletus setelah kematian seorang wanita muda Kurdi, Mahsa Amini, yang ditahan oleh polisi moralitas karena diduga tidak mengenakan jilbabnya dengan benar.
Beberapa orang Iran berspekulasi bahwa para siswi diracuni sebagai "pembalasan" atas peran mereka dalam kerusuhan.
Yang lain berspekulasi bahwa peracunan itu adalah ulah kelompok garis keras yang ingin "meniru" Taliban di Afghanistan dan kelompok militan Islam Boko Haram di Nigeria dengan meneror para orang tua agar berhenti menyekolahkan anak perempuan mereka.
"Apakah Boko Haram datang ke Iran?" tanya mantan Wakil Presiden Mohammad Ali Abtahi dalam sebuah postingan Instagram.
Politisi reformis itu juga memperingatkan bahwa "ekstremis akan menginterpretasikan batas-batas pemerintahan dan agama demi keuntungan mereka".
Para pemimpin Iran secara umum menolak kritik terhadap pembatasannya terhadap perempuan, seperti kewajiban jilbab.
Iran justru membual tentang jumlah perempuan yang masuk universitas.
Tetapi jika gadis-gadis muda tidak menyelesaikan sekolahnya, kuliah hanyalah mimpi.
Komentar seorang siswi, yang mengatakan dia telah diracun dua kali, pada pertemuan dengan gubernur Qom awal bulan ini menyoroti betapa kabur dan menyesatkannya beberapa pernyataan dari pihak berwenang.
"Mereka para pejabat memberi tahu kami: 'Semua baik-baik saja, kami telah melakukan penyelidikan'."
"Tetapi ketika ayah saya bertanya di sekolah saya, mereka mengatakan kepadanya: 'Maaf, CCTV telah mati selama seminggu dan kami tidak dapat menyelidikinya'," katanya.
"Dan ketika saya diracun untuk kedua kalinya pada hari Minggu, kepala sekolah berkata:
"Dia memiliki penyakit jantung, itu sebabnya dia dirawat di rumah sakit'."
Tapi nyatanya ia tidak punya penyakit jantung.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)