Aktivitas Militer Besar-besaran Terjadi di Eropa Selatan, Bak Invasi Rusia ke Ukraina Jilid II?
Ketegangan meningkat antara Serbia dan negara tetangga Kosovo setelah penembakan mematikan pada bulan September.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Adapun KFOR didirikan pada tahun 1999 tak lama setelah NATO mengakhiri aksi pengeboman selama berbulan-bulan di Serbia.
Pasukan KFOR dirancang untuk mencegah permusuhan terhadap Kosovo dan menjaga keamanan di wilayah tersebut, sesuai dengan mandatnya.
“Kami menyerukan semua pihak untuk segera melakukan deeskalasi,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
“Kami terus mendesak Beograd dan Pristina untuk terlibat dalam dialog yang difasilitasi UE, sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan dan mencapai solusi yang menghormati hak-hak semua komunitas. Ini adalah kunci untuk keamanan abadi di Kosovo dan stabilitas di kawasan," tambah Stoltenberg.
AS Laporkan Aktivitas Militer Tak Biasa di Serbia
Sementara itu, pada Jumat pekan lalu, AS mempublikasikan pengamatannya terhadap pembangunan militer Serbia di sepanjang perbatasan dan menyatakan keprihatinan atas situasi tersebut.
“Kami memantau pengerahan militer Serbia dalam jumlah besar di sepanjang perbatasan dengan Kosovo yang mencakup pengerahan artileri canggih Serbia, tank, dan unit infanteri mekanis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami yakin ini adalah perkembangan yang sangat mengganggu stabilitas,” Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan.
AS kemudian menyerukan Beograd untuk menarik pasukannya.
Serbia lalu menanggapi seruan itu dengan mengumumkan pada Senin kalau mereka telah menarik kembali sekitar setengah pasukannya dari perbatasan.
Para pejabat Kosovar (nama lain Kosovo) mengatakan negara mereka masih dalam siaga tinggi.
Albin Kurti, perdana menteri Kosovo, menulis dalam sebuah postingan di X, platform media sosial yang secara resmi dikenal sebagai Twitter, bahwa pemerintah daerah telah memperoleh dokumentasi dan “mengonfirmasi” bahwa serangan mematikan pada bulan September “adalah bagian dari rencana yang lebih besar untuk mencaplok bagian utara Kosovo, Kosova.
Upaya pencaplokan itu dilakukan melalui serangan terkoordinasi pada 37 posisi berbeda.
Serbia juga dituding tengah tengah membangun koridor di wilayah tersebut, untuk memungkinkan pasokan senjata dan pasukan.
Pemimpin Serbia membantah terlibat dalam insiden ini.
(oln/*/BI/Reuters)