Di Tengah Perang Israel-Hamas, Betlehem Bak Kota Mati saat Perayaan Natal
Kota Betlehem yang biasanya meriah saat Natal, kini sepi karena perang antara Israel dan Hamas di Gaza.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
Lebih dari 20.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 50.000 lainnya terluka selama serangan udara dan darat Israel terhadap Hamas di Gaza, menurut pejabat kesehatan di sana.
Sementara itu sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk wilayah tersebut telah mengungsi.
Perang di Gaza disertai dengan peningkatan kekerasan di Tepi Barat, dengan sekitar 300 warga Palestina tewas akibat tembakan Israel.
Pertempuran tersebut telah mempengaruhi kehidupan di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.
Sejak 7 Oktober, akses ke Bethlehem dan kota-kota Palestina lainnya di Tepi Barat menjadi sulit.
Ada antrean panjang pengendara yang menunggu untuk melewati pos pemeriksaan militer.
Pembatasan tersebut juga mencegah puluhan ribu warga Palestina keluar dari wilayah tersebut untuk bekerja di Israel.
Amir Michael Giacaman membuka tokonya, “Il Bambino,” yang menjual ukiran kayu zaitun dan suvenir lainnya, untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober.
Baca juga: Paus Fransiskus pada Misa Malam Natal: Malam Ini, Hati Kami Ada di Betlehem
Tidak ada turis, dan hanya sedikit penduduk lokal yang memiliki sisa uang karena mereka bekerja di Israel, terjebak di rumah.
“Saat orang punya uang lebih, mereka pergi membeli makanan,” kata istrinya, Safa Giacaman.
“Tahun ini, kami menceritakan kisah Natal. Kami merayakan Yesus, bukan pohonnya, bukan Sinterklas," katanya, saat putri mereka Mikaella berlari mengelilingi toko yang sepi.
Pertempuran di Gaza juga ada dalam pikiran komunitas kecil Kristen di Suriah, yang sedang menghadapi perang saudara yang kini memasuki tahun ke-13.
Umat Kristen di sana mengatakan mereka berusaha menemukan kebahagiaan, meskipun perselisihan sedang berlangsung di tanah air mereka dan di Gaza.
“Di mana cintanya? Apa yang telah kita lakukan dengan cinta?” kata Pendeta Elias Zahlawi, seorang pendeta di Yabroud, sebuah kota sekitar 80 kilometer utara Damaskus.