Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Deutsche Welle

India: Cuaca Ekstrem Picu Gelombang Pengungsi Iklim

Eskalasi cuaca esktrem di sejumlah tempat di India "merenggut kemampuan warga untuk bertahan hidup." Akibatnya, penduduk harus mengungsi…

zoom-in India: Cuaca Ekstrem Picu Gelombang Pengungsi Iklim
Deutsche Welle
India: Cuaca Ekstrem Picu Gelombang Pengungsi Iklim 

Musim panas tahun 2024, misalnya, menciptakan kerugian pada sebagian wilayah India, setelah mengalami curah hujan lebat dan bencana banjir.

Hujan lebat disusul gelombang pana, yang menyebabkan suhu 50 derajat Celcius di New Delhi atau di negara bagian Rajasthan dan Uttar Pradesh di utara.

Meskipun bulan-bulan utama musim panas, dari bulan April hingga Juni, dikenal bersuhu tinggi, rata-rata temperatur udara telah meningkat menjadi lebih ekstrem dalam satu dekade terakhir. Intensitas hujan dan banjir juga meningkat.

Sementara itu, sekitar 80 persen penduduk India tinggal di wilayah yang dianggap rentan terhadap bencana seperti gelombang panas atau banjir besar.

Rentan di negeri orang

Roxy Mathew Koll, ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India, mengatakan pemerintah perlu mengembangkan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah migrasi yang disebabkan oleh iklim.

"India mengalami pesatnya migrasi dari daerah dengan pertanian intensif, yang terkena dampak menurunnya curah hujan dan kekeringan,” katanya.

"Orang-orang yang terkena dampak pindah ke kota-kota besar berpenduduk padat seperti Mumbai, di mana mereka menghadapi serangkaian risiko iklim yang semakin meningkat, termasuk hujan lebat, angin topan, dan kenaikan permukaan laut,” tambahnya.

BERITA REKOMENDASI

"Para migran ini seringkali menempati dataran rendah yang rentan terhadap banjir dan mungkin tidak memiliki perumahan yang layak serta mekanisme yang tangguh, sehingga membuat mereka rentan terhadap hujan lebat, angin topan, dan gelombang panas.”

Adaptasi iklim di wilayah pertanian

Abinash Mohanty, kepala sektor perubahan iklim dan keberlanjutan di IPE Global, sebuah organisasi pembangunan internasional, mengatakan fenomena migrasi iklim akan menyebabkan pengangguran besar-besaran.

Tekanan ekonomi akibat panas ekstrem diperkirakan "akan menyebabkan India kehilangan lebih dari 34 juta pekerjaan, mengurangi PDB sekitar 4,5 persen pada tahun 2030. Angka-angka ini menjelaskan banyak hal,” katanya kepada DW.

Mohanty percaya bahwa India perlu memetakan dampak perubahan iklim dari sektor ke sektor, khususnya isu migrasi yang disebabkan oleh iklim. Pakar lain juga menyerukan pertanian yang "tahan iklim” dan kegiatan ekonomi pedesaan lainnya untuk membatasi perpindahan dan migrasi karena lingkungan.

"Banyak migran pindah bukan hanya karena perubahan iklim namun karena kondisi ekonomi yang sulit, yang semakin diperburuk oleh perubahan iklim,” kata Narain dari CSE.

Dia mencatat bahwa program bantuan bagi migran iklim yang rentan saat ini masih "sangat kurang.”

Narain juga menggarisbawahi perlunya investasi dalam membangun ketahanan iklim lokal dan melindungi perekonomian.

Pandangan serupa dianut oleh Mohanty. "Meskipun India memiliki rencana aksi iklim yang kuat baik di tingkat nasional maupun sub-nasional, India sulit menganggap migrasi yang disebabkan oleh perubahan iklim sebagai isu penting,” katanya.

rzn/hp

Sumber: Deutsche Welle
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas