Houthi Tolak Rayuan AS, Ledakan Besar Terjadi di Gudang Senjata Pasukan Proksi Arab Saudi di Yaman
bangunan yang dihantam ledakan tersebut diduga merupakan gudang senjata dan amunisi milik pasukan yang berafiliasi dengan Arab Saudi.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
"Sejak kepemimpinan Yaman di Sanaa mengumumkan keikutsertaannya dalam mendukung rakyat kami di Jalur Gaza, pemerintah AS telah melakukan pemerasan politik, militer, dan ekonomi terhadap pemerintah Sanaa, dengan mencoba menggunakan intimidasi untuk menghalangi rakyat Yaman dari jalan ini," kata al-Asad.
Al-Asad menekankan bahwa Houthi menolak tawaran ini, dan mengecam intervensi AS dalam urusan nasional dan politik Yaman.
"Amerika Serikat juga tidak memiliki hak untuk menekan kami agar berhenti mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza, yang sedang menjadi sasaran genosida oleh pasukan pendudukan Israel dengan dukungan dan partisipasi AS dan Barat," tambahnya.
Dinamika Geopolitik Yaman
Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, Yaman berada dalam kondisi perang saudara imbas kekuatan proksi sejumlah negara di kawasan dalam pemerintahan negara tersebut.
Selain Arab Saudi, ada cawe-cawe dari Uni Emirat Arab (UEA) dalam negara yang kini terpecah dalam tiga pemerintahan.
Baca juga: Dinamika Yaman dan Konflik di Laut Merah: Selain AS, Houthi Juga Hadapi Tangan Arab Saudi dan UEA
Setahun terakhir, perang saudara di Yaman cenderung berhenti, namun juga tidak ada perdamaian yang terjadi.
"Meskipun lebih baik daripada perang habis-habisan, kondisi tersebut cenderung rentan bertahan," tulis ulasan Al Jazeera.
Ada fokus besar pada upaya diplomatik untuk menyegel kesepakatan antara Arab Saudi dan pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran.
Namun, kesepakatan apa pun antara kedua pihak tersebut tidak mungkin menyelesaikan perang saudara Yaman .
Sebaliknya, para ahli mengatakan, hasil tersebut akan membutuhkan rekonsiliasi antara sejumlah kelompok Yaman yang berbeda.
Arab Saudi dan Iran menandatangani perjanjian yang ditengahi Tiongkok pada 10 Maret 2023 untuk menormalisasi kembali hubungan diplomatik. Peredaan ketegangan ini juga membantu meredakan ketegangan antara Saudi dan Houthi.
Riyadh tampaknya bertekad untuk menemukan jalan keluar yang bermartabat dari konflik di Yaman, sehingga dapat lebih fokus pada pembangunan internalnya.
De-eskalasi dengan Teheran ini telah memajukan kepentingannya dalam mencegah konflik Saudi-Houthi kembali menjadi perang habis-habisan setelah berakhirnya gencatan senjata pada bulan Oktober tahun lalu.
“Mencairnya hubungan Saudi dengan Iran telah memberikan efek mendinginkan ketegangan Saudi-Houthi,” kata Nabeel Khoury, mantan wakil kepala misi Amerika Serikat di Yaman, kepada Al Jazeera.