Kamala Harris atau Donald J Trump? Ini Plus Minus Mereka bagi Dunia Jika Jadi Presiden AS
Pertarungan Kamala Harris - Donald Trump melewati babak-babak ekstrem, penuh caci maki, tuduh sana-sini, silih serang terbuka.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Kamala Harris juga memperoleh simpati kelompok Afro, Hispanik, dan mereka yang menghendaki kebijakan lunak soal imigran.
Trump Didukung Elon Musk
Sementara Donald Trump memiliki pendukung kuat di kalangan konservatif, ultra kanan, selebriti dan tokoh publik, kaum agamis Kristen dan Islam, serta didukung inovator hebat Elon Musk.
Siapa di antara dua kandidat ini yang lebih kuat? Sampai pekan terakhir hasil sejumlah polling lembaga di Amerika memperlihatkan Kamala Harris unggul tipis atas Donald Trump.
Kemenangan kemungkinan akan ditentukan swing atau undecided voters atau pemilih yang belum memutuskan memilih siapa, yang jumlahnya sekira lima persen.
Siapa pemenang Pilpres Amerika 2024, sudah pasti akan mewarnai hitam putih sejarah dunia. Dampaknya akan sangat menentukan dinamika geopolitik global.
Nah, bagaimana situasi dunia, terutama sejumlah konflik politik dan militer yang saat ini terjadi jika Kamala Harris menang? Bagaimana pula jika Trump yang merebut Gedung Putih?
Kita akan mulai mengulas topik ini dengan realitas siapapun Presidennya, mau dari Republik atau Demokrat, Amerika relatif menjalankan kebijakan luar negeri yang sama.
Dari waktu ke waktu, sejarah memperlihatkan para pemimpin Amerika selalu berusaha mempertahankan superioritas dan hegemoninya di dunia.
Perilaku politik Amerika tetap sama dalam kebijakan luar negerinya, menjalankan apa yang disebut “rule base order”, yang bisa memaksa siapa saja yang tidak sejalan dengan kebijakan Amerika.
Mungkin di antara Demokrat dan Republik, ada satu dua pembeda mengingat ideologi mereka yang agak berlainan. Tapi tapi watak dan karakter kedua kelompok politik itu relatif sama.
Dalam konteks konflik global dan persaingan pengaruh, Kamala Harris pasti akan meneruskan kebijakan Joe Biden yang agresif di Ukraina, Taiwan, Iran, Yaman, dan Korea.
Di konflik Palestina, Kamala Harris memperlihatkan kesamaan sikap dengan pendahulunya. Ia berkomitmen mendukung Israel tanpa batas dan tak tergoyahkan.
Sedangkan Trump sepanjang berkuasa di Gedung Putih relative mampu menahan diri untuk tidak membawa Amerika terlampau agresif secara militer ke negara lain.