Didorong Krisis, Militer Israel Rekrut Gelombang Pertama Kaum Yahudi Ultra-Ortodoks ke Brigade IDF
Perekturan kaum Yahudi Ultra-Ortodoks ini menyusul keputusan kontroversial rezim Israel untuk mengakhiri pengecualian dinas
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Namun, laporan media lokal Israel menyebut eksodus atau perpindahan massal ini terjadi akibat perang yang tak berkesudahan yang memicu datangnya roket dari Lebanon, Jalur Gaza, dan Yaman.
Data dari CBS menunjukkan bahwa banyak warga Israel yang memiliki pilihan untuk memiliki rumah kedua di luar negeri memilih untuk pindah pada saat konflik meningkat, mencari keamanan dan stabilitas di tempat lain.
Tren ini sangat kontras dengan klaim yang dibuat oleh para pendukung Zionisme yang berpendapat bahwa Israel adalah tempat perlindungan utama bagi orang-orang Yahudi di seluruh dunia.
Banyak dari warga Israel mengatakan mereka ingin hengkang karena mereka kecewa dengan cara pemerintah menangani perang di Gaza.
40.000 Perusahaan Gulung Tikar
Tak hanya memicu eksodus, perang yang semakin memanas membuat lebih dari 40.000 perusahaan Israel bangkrut dan gulung tikar sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.
Menurut laporan surat kabar Israel Maariv perusahaan yang terdampak 77 persen berasal dari usaha kecil diantaranya bisnis konstruksi dan industri seperti keramik, AC, aluminium, dan bahan bangunan.
Perang yang terus memanas juga membuat sektor perdagangan, termasuk fesyen, furniture dan peralatan rumah tangga, serta sektor jasa, termasuk kafe, hiburan dan jasa hiburan, serta transportasi juga ikut terkena dampaknya.
Selain banyaknya perusahaan yang tutup, aktivitas korporasi di berbagai sektor juga menurun drastis sejak dimulainya perang.
EO perusahaan informasi bisnis CofaceBDI, Yoel Amir mengonfirmasi bahwa dalam jajak pendapat terkini, sekitar 56 persen manajer perusahaan komersial di Israel mengatakan telah terjadi penurunan signifikan dalam upaya kegiatan mereka sejak dimulainya perang.
Ia menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Israel menghadapi saat ini tengah menghadapi tantangan yang sangat sulit.
Hal ini diperparah dengan adanya kekurangan tenaga kerja, penurunan penjualan, masalah transportasi dan logistik, kekurangan bahan baku, ditambah dengan munculnya masalah lonjakan suku bunga tinggi dan biaya pembiayaan tinggi.
Apabila permasalahan ini terus terjadi dan tak segera diatasi dengan bijak, para analis memprediksi bahwa pada akhir tahun 2024, sekitar 60.000 perusahaan di Israel akan tutup permanen.
Ekonomi Israel Diambang Kehancuran
Konflik Israel vs Hizbullah juga membuat negara Zionis ini perlahan mengalami kerugian finansial. Diantaranya pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran yang melonjak,
Tercatat selama beberapa bulan terakhir, anggaran militer Israel mengalami pembengkakan sebesar 582 miliar shekel atau sekitar 155 miliar dolar AS untuk digunakan membeli perlengkapan dan alat tempur serta membiayai perekrutan tentara cadangan yang akan dikirim ke Gaza.
Dampaknya perekonomian Israel kini berada di ambang kehancuran, sejak Oktober hingga Juli kemarin defisit atau pengeluaran negara membengkak mencapai 8,1 persen jadi 8,5 miliar shekel atau naik 2,2 miliar dolar AS dari produk domestik bruto (PDB).
Angka tersebut melesat jauh dari target defisit Israel di tahun 2024 yang hanya dipatok 6,6 persen.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.