Jaga Imunitas di Tengah Pandemi dengan Temulawak, Ini Penjelasan Ahli
Di tengah pandemi, masyarakat diimbau jaga kebersihan, istirahat cukup, serta menerapkan hidup sehat dengan menjaga daya tahan tubuh atau imunitas.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus corona (Covid-19) belum ada obatnya. Upaya pencegahan yang dinilai efektif adalalah physical distancing.
Karenanya pemerintah kemudian memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk memutus rantai penularan virus tersebut.
Selain itu, masyarakat diimbau jaga kebersihan, istirahat cukup, serta menerapkan hidup sehat dengan menjaga daya tahan tubuh atau imunitas.
Ada banyak cara menjaga daya tahan tubuh. Satu di antaranya adalah mengonsumsi jamu temulawak.
Dr. Inggrid Tania, M.Si, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengatakan, temulawak mengandung curcumin.
Khasiatnya, yakni sebagai zat bioaktif memiliki sifat-sifat misalnya, antioksidan, anti inflamasi, imunomodulator.
Sifat-sifat itu bermanfaat pada berbagai kondisi kesehatan maupun kondisi yang patologis. Termasuk saat pandemi ini.
Penelitian-penelitian yang sudah ada juga menunjukkan bahwa Curcumin memiliki sifat antivirus.
Selain orang dewasa, pemberian cucurmin juga bisa diberikan pada anak-anak. Campuran curcumin atau esktrak temulawak di dalam multivitamin, bersifat sinergis.
Baca: 5 Resep Empon-empon, Minuman Rempah Penangkal Virus dan Detoksifikasi Racun
Artinya, selain ada sifat immunomodulator, Curcumin memberikan manfaat lain bagi anak-anak, misalnya, memperbaiki nafsu makan, dan bisa membantu pertumbuhan juga.
Hal penting lainnya adalah hampir tidak ada kontraindikasi konsumsi cucurmin, pada anak-anak. Perbedaan pada anak-anak dan dewasa hanyalah di dosisnya saja.
"Kalau Covid-19 khan infeksi virus. Karena infeksi virus ini sifatnya self limiting deases, jadi sangat tergantung pada sistem imun kita," kata Dr. Inggrid.
Dokter ahli tumbuh kembang dr. Ahmad Suryawan, SpA (K) mengatakan, pada anak, infeksi virus, baik virus Covid-19 maupun yang lain, berisiko terhadap tumbuh kembang anak.
Dampak proses infeksi pada tumbuh kembang anak sifatnya jangka panjang.