PDIP: Rakyat Itu Terhormat, Bukan Obyek Jual Beli Suara Saat Pemilu
Kemampuan mengorganisir rakyat lewat berbagai aktivitas pemberdayaan masyarakat harus sejalan dengan kemampuan berkomunikasi politik.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para anggota dan kader PDI Perjuangan (PDIP) harus melihat rakyat secara terhormat, bukan sekedar obyek jual beli suara saat pemilu. Rakyat harus diorganisir dan menjadi subyek bernegara, berkomunikasilah dengan baik kepada rakyat.
Hal itu disampaikan dua politisi muda PDIP, Adian Napitupulu yang juga anggota DPR RI, dan Bane Raja Manalu, saat mendampingi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menghadiri rapat kerja daerah (Rakerda) PDIP Kalimantan Selatan, di Banjarmasin, Sabtu (3/12/2022).
Adian Napitupulu berbicara di hadapan ratusan kader utama PDIP se-Kalsel dengan tema membangun dedikasi dan semangat juang kader partai.
Menurut Adian, seluruh anggota dan kader PDIP adalah aktivis pergerakan yang tugasnya cuma satu, yakni mengorganisir rakyat.
“Karena tanpa mengorganisir diri dan rakyat, kita bukan siapa-siapa. Kalau kita sendiri, kita bukan siapa-siapa,” kata Adian.
“Bagaimana cara mengorganisir rakyat? Uang bukanlah jawabannya. Suara rakyat tak perlu dibayar dengan uang amplop. Rakyat tak boleh jadi obyek jual beli, rakyat itu terhormat,” tegasnya.
Baca juga: Survei Charta Politika: Pemilih PDIP Berpotensi Tergerus Jika Tak Usung Ganjar Capres 2024
Maka langkah pertama, kata Adian, hilangkan dulu pikiran bahwa rakyat yang kita wakili hanya sekedar diberi amplop berisi uang. Kedua, berbuat yang terbaik kepada rakyat, maka rakyat takkan bertanya apa agama dan suku, namun akan bisa melihat ketulusan dari tindakan.
Adian lalu bercerita panjang tentang apa yang dia lakukan di Pongkor, Bogor, Jawa Barat. Dimana Adian menginisiasi warga Pongkor untuk membentuk koperasi.
Sehingga dibolehkan menambang atas Ijin Usaha Pertambangan (IUP) di Pongkor yang dimiliki BUMN. Rakyat yang dulunya ditangkapi, setelah diorganisir, dilatih manahemen, tata cara menambang yang memenuhi stabdar keselamatan, dan kemudian bergabung di dalam koperasi.
Koperasi dengan anggota yang telah dilatih tsb kini sudah boleh menambang. Bahkan kata Adian, dalam 6 bulan ke depan, koperasi rakyat ini sudah akan mengolah sendiri.
“Saya lakukan bukan demi suara. Tapi sederhana, berbuat baik ke rakyat dan rakyat akan tahu siapa yang berbuat baik dengan tulus,” ujar Adian.
Begitupun dengan pengorganisasian rakyat di Cileungsi untuk memiliki tanah yang dulu dikuasai oleh yayasan yang terafiliasi Soeharto.
“Tanah tersebut setelah melalui perjuangan panjang, menjadi tanah untuk rakyat," ujar Adian.
Adian juga menberi contoh di Lebak Wangi, Bogor, dimana rakyat desa diorganisir untuk memanfaatkan waduk menjadi sumber penghidupan. Hasiknya, hari ini 144 desa rakyat desa bekerja di sana, dengan 22 orang anak muda Karang Taruna digaji dari BumDes yang mengelolanya.