Wawancara Khusus dengan Sekjen Gelora Mahfudz Siddiq: Jokowi Titip Prabowo Lanjutkan Rekonsiliasi
Mahfudz menuturkan Presiden Jokowi selalu mengartikulasikan posisi Indonesia di G20 yang sangat kuat
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Sekarang ini publik selain membahas MK juga mempertanyakan netralitas Pak Jokowi? Menurut Anda di mana Presiden harus menempatkan dirinya?
Saya kira kita bicara realitas politik dulu ya. Pemilu Pilpres dan Pileg ini kan tidak terjadi di dalam ruang kosong kekuasaan.
Ketika kita Pemilu dan Pilkada kan ada presiden yang berkuasa dan itu terjadi dalam setiap pemilu. Kalaupun seorang presiden atas dasar etika politik atas dasar moralitas politik komitmen demokrasi berupaya untuk menegakkan netralitasnya tidak memihak dengan calon-calon tertentu misalnya.
Dalam praktiknya yakinkan kita netralitas 100 persen. Dan ini situssi yang bisa terjadi di pemilu sebelumnya karena pemilu tidak terjadi di situasi hampa kekuasan sebagaimana pilkada.
Saya masih terus mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Pak Jokowi. Di tengah situasi politik seperti ini beliau mengajak makan ketiga capres. Menurut saya ini luar biasa.
Bukan kah itu hanya untuk gimmick-gimmick?
Kalau orang tidak ada ide yang melatarbelakangi langkah itu saya enggak yakin orang akan melakukan atau mengambil keputusan itu.
Tapi karena beliau ini di backmind-nya memang ada ide tentang rekonsiliasi ada ide tentang menjaga pemilu ini harus menjadi jembatan yang baik bagi kita dan selalu mengingatkan kan di depan ini dunia sedang tidak baik-baik saja ya kan.
Masa kita mau ribut dengan situasi dunia sedang tidak baik-baik saja atas dasar pikiran pikiran itu belum mengundang tiga capres itu makan siang. Bagi saya tidak jadi memang ada pesan yang disampaikan kepada pablik.
Dalam politik kita ini adagiumnya take and give. Apakah di dalam berkoalisi dengan Pak Prabowo sudah ada obrolannya, Gelora akan dapat apa?
Kalau bagi-bagi tugas sudah apa porsi pekerjaan Gelora walaupun nanti di tim Pemenangan yang dipimpin Pak Rosan itu nanti akan didetaikan.
Tapi kalu bicara apa power sharingnya ya menang dulu. Dari pada sudah ribut power sharing tetapi nggak menang malah bikin sakit hati. Saya kira kita fokus pembagian kerja.
Sebenarnya Partai Gelora itu menginginkan portofolio apa?
Partai Gelora ini partai baru dan di KPU sebagai pengusung pun juga tidak termaktub. Kita ini cuma partai pendukung jadi hajat politik terbesar dan utama Partai Gelora itu lolos parlementery threshold. Itu dulu poinnya.