Mahfud MD: Kita Boleh Beda Pilihan Politik atau Agama, Tapi Kita Saudara dalam Kemanusiaan
Pemilu, kata Mahfud, hanya terjadi setiap lima tahun, tapi Indonesia diproyeksikan ada untuk selamanya.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menko Polhukam RI Mahfud MD menyampaikan pidato terkait keberagaman Indonesia, sejarah terbentuknya Pancasila, toleransi, hingga pilihan politik dalam acara Syukuran Awal Tahun Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di GRHA Oikoumene Jakarta pada Jumat (5/1/2024).
Salah satu hal yang ditekankan Mahfud di antaranya terkait perlunya penguatan rasa saling menghargai dan saling menghormati secara terus menerus.
Baca juga: Banyak Hoaks di Masa Kampanye Pemilu 2024, Berikut Cara Untuk Filter FYP di TikTok
Rasa persatuan, dan persaudaraan, kata Mahfud, harus terus diperkokoh.
Serta kebersamaan dalam kebhinekaan, kata dia, harus diteguhkan.
Dengan demikian, lanjut dia, maka masyatakat akan terhindar dari rasa curiga, apalagi membenci.
Selan itu, masyarakat juga tidak akan termakan berita hoaks dan ujatan kebencian yang semakin sering atau selalu muncul menjelang pemilu.
Baca juga: Bawaslu Jakpus sebut Gibran Bersalah Imbas Aksi Bagi Susu, TKN: Tak Ada Aturan Pemilu yang Dilanggar
Pemilu, kata Mahfud, hanya terjadi setiap lima tahun, tapi Indonesia diproyeksikan ada untuk selamanya.
Demikian halnya, kata dia, rasa persaudaraan, persahabatan, dan pertemanan di antara masyarakatnya yang harus dipertahankan hingga akhir hayat.
"Kita boleh berbeda pilihan politik, boleh berbeda agama dan keyakinan, tapi kita semua adalah saudara dalam kemanuasiaan," kata Mahfud.
"Kalau Anda tidak menerima karena perbedaan suku, terima lah bahwa kita saudara dalam kemanusiaan. Kalau anda mungkin agak menolak karena kita berbeda agama, maka, kita bersaudara karena kita sesama manusia, makhluk Tuhan yang hidup di sebuah geopolitik yang bernama Indonesia," sambung dia.
Konstitusi, kata Mahfud, menyatakan memberikan perlindungan yang sama kepada setiap agama.
Sebab, kata dia, soal agama tidak bisa diukur dengan jumlah pengikutnya.
Mahfud lalu berccerita terkait perdebatan di antara pendiri bangsa yang muncul saat NKRI didirikan.
Saat itu, kata dia, ada yang ingin mendirikan negara sekuler kebangsaan di antaranya tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Yamin, dan Maramis.
Baca juga: Ganjar Sowan ke KH Abdullah Ubab Maimoen di Rembang, Minta Doa Agar Pemilu Berjalan Lancar
Tetapi, kata dia, ada juga yang ingin mendirikan negara Islam di antaranya Wahid Hasyim, Agus Salim, Kahar Muzakir, Bagus Hadikusumo dan lain-lain dengan berbagai alasannya.
"Akhirnya dicapai kalimatun sawa (kesepakatan), kita bukan negara agama, bukan negara Islam, bukan negara Kristen juga, bukan juga negara sekuler yang tidak punya nilai-nilai bimbingan rohani dari agama. Kalimatun sawa nya itu kita negara Pancasila," kata Mahfud.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.