Perjuangan KPPS Bawa Logistik Pemilu hingga ke Pelosok: Bertaruh Nyawa Lewati Gunung hingga Jurang
Mereka harus mengantar seluruh logistik atau keperluan untuk Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 ini agar sampai di tujuan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, NTT - Menyelenggarakan Pemilu serentak di negara seluas Indonesia tidaklah mudah.
Apalagi Pemilu diadakan hingga ke pelosok desa yang ada diantaranya masih susah dijangkau alat transportasi.
Oleh karena itu menjadi tantangan tersendiri bagi petugas penyelenggara Pemilu dalam hal ini Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk menangani hal tersebut.
Mereka harus mengantar seluruh logistik atau keperluan untuk Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 ini agar sampai di tujuan, apapun resikonya.
Logistik yang diantar diantaranya lima kotak suara, lima jenis surat suara, empat bilik suara, spidol, pulpen, dan buku panduan petugas yang masih terbungkus plastik transparan.
Logistik ini harus didistibusukan hingga ke pedalaman sekalipun, dalam keadaan hujan dan panas matahari.
Seperti apa kisah para anggota KPPS dalam membawa logstik Pemilu itu sampai ke pelosok desa? Berikut dirangkum Tribunnews.com, Selasa (13/2/2024):
1. Cerita KPPS di Ngada NTT
Ketua PPS dan aggota KPPS di Desa Heawea, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) harus berjuang memikul logistik melewati bukit dan lembah yang berbatu.
Perjalanan mereka sempat terhambat akibat hujan deras.
Mereka pun mencari tempat yang aman untuk melindungi logistik.
Tak peduli tubuh dan pakaian mereka basah kuyup, yang penting logistik tidak rusak oleh hujan.
Mereka juga harus berjalan dengan kaki telanjang sebab takut tergelincir oleh bebatuan dan tanah yang licin.
Perjalanan ke Heawea dari Wawa memakan waktu kurang lebih lima jam.