Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wawancara Eksklusif Dewi Praswida: Pernah Minta Agar Paus Fransiskus Doakan Indonesia 

Alumni penerima beasiswa Yayasan Nostra Aetate di Vatikan, Dewi Praswida memandang Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin umat Katolik

Editor: Erik S
zoom-in Wawancara Eksklusif Dewi Praswida: Pernah Minta Agar Paus Fransiskus Doakan Indonesia 
KOMPAS.COM/ISTIMEWA
Dewi Praswida, perempuan asal Indonesia bersalaman dan berdialog dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Roma, 26 Juni 2019 

Jadi, menurut saya, bagi saya pribadi, seandainya saya berdosa ya, biar itu Tuhan yang menghukum saya lah, gitu. Tapi, saya tidak ada niat yang tidak-tidak seperti itu. Lalu, yang kedua, mungkin kontroversial, itu saya kasih ke teman-teman Katolik, dalam artinya, saya nggak enak hati gitu loh.

Saya kan dikasih beasiswa, dan karena saya berjabatangan dengan paus, mereka tuh malah dituduh, ah, karena mau mengkristianisasi lah, inilah, itu. Nah, kalau itu, saya menanggapinya ya, saya bawa santai aja.

Oh, pada prakteknya, saya sampai sekarang masih Islam, kok. Saya nggak menjadi katolik seperti itu.

Tapi apa kayak kisruh, komentar-komentar kontra itu tuh, bertahan berapa lama, Mbak?

Nggak sampai setahun sih, Mbak.

Biasanya kalau yang kayak gitu kan pas anget-angetnya aja.

Mbak, ini kan nanti bulan September, Paus bakal datang sini ya. Nah, Mbak, gimana Mbak-Mbak, dikasih tahukah, terus mungkin ada moment pertemuan lagi kah?

BERITA REKOMENDASI

Kalau tau-taunya, sudah tau itu kan tahun sebelumnya kan sudah dikabarkan ya ya mau ke sini, tapi mungkin karena banyaknya pertimbangan belum jadi itu sudah dikabarkan, sudah. Ini sudah banyak kabaran, Mbak.

Baca juga: Delegasi Vatikan Telah Tiba di Indonesia, Koordinasi Rencana Kedatangan Paus Fransiskus

Nah, untuk tanggapan Mbak sendiri, gimana nanti untuk kedatangan Paus?

Oh, sangat senang sekali tentunya. Karena gini, saya pribadi melihat paus itu, beliau itu tidak sebatas sebagai pemimpin agama katolik ya.

Dan tidak pula sebatas mungkin sebagai pemimpin negara Vatikan. Tapi, paus ini adalah seorang figur yang progresif. Kita bisa nyari di YouTube, gitu.

Nanti, saya bagi ke mbak, deh, di WhatsApp YouTuber-nya ya. Tapi, intinya tuh ada seorang anak kecil, itu pada suatu momen itu menangis. Dia itu tanya sama paus.

Bahkan anak kecil itu, saking nangisnya, sampai nggak bisa ngomong langsung loh. Dia itu berbisik gitu ke paus kan. Namanya Immanuel, anak kecil itu.

Dia nanya, Paus, ‘Bapakku tuh Atheis. Mungkin Bapaknya itu tidak menganut agama, atau tidak mungkin tidak mengenali Tuhan, artinya Atheis Bapaknya itu. Tapi, anaknya itu empat beragama, gitu.

Kurang lebih. Nah, Bapakku itu akan masuk surga nggak? Ya, gitu.

Paus itu kan, pada waktu itu, ketika hadir itu kan sebagai pembuka agama, dia punya otoritas dong mengatakan surga neraka dari perspektif agama yang diyakini paus.

Tapi, jawaban paus itu, menurut saya sangat bikin terenyuh, ya, mengejutkan. Beliau itu bilang bahwa, ya, Tuhan itu kan baik, Bapakmu itu orang baik, dan Tuhan itu tidak akan mungkin menelantarkan anaknya.

Menurut saya, jawaban seperti itu kan nggak menghakimi siapapun. Yang bijak dan adem, gitu.

Padahal beliau sebagai pembuka agama, dari agama aku ini, masuknya A, B, gitu.

Yang kedua, selain beliau ini progresif tentang kemanusiaan, beliau ini kan juga cinta lingkungan ya.

Dengan lahirnya MC Click, atau dokumen gereja, Laudato Si. Apa tuh? Ini membahas tentang bagaimana kita seharusnya mencintai sesama ciptaan. Nah, sesama ciptaan itu dalam Laudato Si itu tidak dibatasi hanya sesama manusia, gitu.

Baca juga: Paus Fransiskus dan 50 Ribu Anak Serukan Perdamaian di World Children’s Day Roma

Bahkan kita juga harus mencintai tumbuhan, hewan, kayak habluminan nas, habluminanloh, gitu-gitunya kalau di agama kita.

Kebetulan, tesis saya itu juga membahas mengenai Laudato Si. Jadi, kecintaannya itu kan sangat tinggi, dan yang ada lagi itu fratelli tutti, ya.

Kita semua bersaudara, gitu. Jadi, Paus ini selalu apa istilahnya? Mengeluarkan gebrakan-gebrakan yang progresif, tapi bagi saya, tidak meninggalkan kecintaannya terhadap agamanya, tidak meninggalkan perannya sebagai pemimpin agama. Jadi, kedatangan Paus itu ya harus kita sambut dengan baik, menurut saya.

Tanpa perlu melihat agamanya apa. Tapi, kita lihat bagaimana sosoknya, pemikiran-pemikirannya kemajuan dunia ini.

Banyak yang bisa dipelajari ya, karena at the end, semua agama itu mengajarkan untuk kasih sayang kepada manusia. Untuk kedatangan Paus ini sendiri, dari alumni-alumni Vatikan, mungkin ada persiapan khusus untuk menyambut?

Sejauh ini, belum ada.

Tapi ada rencana mungkin?

Itu kita mengikuti kepada panitia saja. Kalau saya pribadi, Alhamdulillah saya sudah berkesempatan bertemu.

Mungkin kesempatan itu bisa digunakan khususnya teman-teman katolik yang sangat merindukan tentu kehadiran Paus berkunjung di Indonesia. Karena terakhir Paus itu berkunjung di Indonesia itu kayaknya Yohanes Paulus yang sudah berapa puluh tahun lalu di era Presiden Soeharto.

Untuk komunikasi sendiri dengan pengajar-pengajar lain di Vatikan, gimana kalau itu sama Romo Markus. Untuk yang lain masih komunikasi?

Alhamdulillah masih banget sama yang masak di Asrama. Saya di Facebook masih berteman. Saya ulang tahun saling mengucapi sama yang dulu orang keuangannya yang ngasih beasiswa.

Kebanyakan teman-teman itu pakainya Facebook. Sejauh ini rata-rata teman. Saya kalau komunikasi sama teman itu kalau enggak Facebook, melalui email.

Ada sih yang main Instagram sama Whatsapp, tapi mereka lebih fast respon lewat Facebook.

Terakhir ini Mbak, sebelum kita menutup perbincangan kita yang menarik ini, tanggapan Mbak sendiri untuk kedatangan Paus Fransiskus dan sosok Paus Fransiskus di mata Mbak sendiri, gimana terus mungkin ajakan untuk masyarakat di Indonesia terkait Paus Fransiskus ini, kedatangannya kita sambut seperti apa, dan harus bagaimana kita sebagai masyarakat?

Pertama, kepada teman-teman yang mungkin masih memiliki praduga-praduga yang ya entah akhirnya praduga itu benar atau salah, tidak perlu takut dengan kedatangan Paus Fransiskus, tidak perlu khawatir, tidak usah memiliki apa istilahnya, tidak suudzon lah, kalau umumnya akan terjadi ini, oh dia pemimpin agama ini itu kita enggak usah lah melihat itu, kita mari sama-sama kita melihat Paus itu sebagai sosok, beliau ini sosok yang sangat progresif.

Teman-teman bisa lihat di Youtube lah paling gampang, kalau kita lagi males baca buku, kita mungkin sambil di jalan bisa mendengarkan khutbah-khutbahnya Paus, bagaimana Paus itu menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang kritis yang berkaitan dengan agama, bagaimana kebijaksanaan beliau, bagaimana beliau mencintai lingkungan, mencintai sesama manusia, sesama ciptaan, bagaimana pula beliau mencintai orang muda, bahkan beliau itu juga tidak pernah menjustifikasi golongan atau kaum-kaum tertentu, seperti itu mbak.

Kemudian, ya kalau saya ditanya, Paus itu di mata saya seperti apa, ya beliau adalah sosok progresif sih yang sangat dibutuhkan di dunia ini, pemikiran-pemikiran beliau itu ya sangat progresif itu, selalu selaras dengan zaman gitu lho, gak ketinggalan zaman lah nantinya, kayak gitu dan kepada teman-teman semua ketika nanti Paus itu hadir ke Indonesia.

Kalau teman-teman misalnya ada yang tidak mau dalam tanda kutip menganggap beliau sebagai tokoh agama tertentu, mari kita lihat beliau sebagai pemimpin negara yang sedang dalam langkah diplomasi, kan Indonesia punya hubungan diplomasi dengan Vatikan, sedang berkunjung kunjungan ke negaraan, atau juga beliau itu kan pasti lihatnya baik, gak mungkin gak akan terjadi yang aneh-aneh lah seperti itu, saya sangat yakin itu sosok Paus itu gak mungkin beliau akan terjadi hal yang aneh-aneh lah di setiap kunjungannya seperti itu.

Baca juga: Mengenal Paus Fransiskus yang Bakal ke Indonesia, Catat Sejarah Al-Quran Dikumandangkan di Vatikan

Harapannya dengan kunjungan Paus Fransiskus ini sendiri apa mbak?

Saya berahap dengan adanya kunjungan Paus Fransiskus tentu semakin membuka cakrawala pemikiran kita ya, ya bahwa agama itu kan jalan kita menyembah Tuhan, jalan kita menghamba lah kepada Tuhan tapi sesama ciptaan Tuhan itu kan kita tetap harus saling berhubungan, berkomunikasi kita kan susah juga ya mbak kalau pilih-pilih, oh harus yang se-ini, se-ini, sedangkan kita nyari kerja aja pemilik perusahaan itu belum tentu loh se-agama sama kita.

Prinsip kita kuat dan saya yakin lah manusia Indonesia itu imannya kuat-kuat gak mungkin iman kita luntur hanya karena melihat candi berdiri, hanya karena melihat Pura berdiri atau hanya karena melihat seorang pendeta khutbah terus iman kita luntur itu tidak mungkin saya yakin itu sih. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas