Ibadah Terakhir di Kalijodo Diwarnai Tangis Haru Perpisahan
Pada ibadah Minggu terakhir di Kalijodo itu, 40 jemaat yang hadir pun mengungkapkan kesedihan dengan menangis.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Denis Destriawan
"TERIMAKASIH Masyarakat Kalijodo untuk 48 Tahun Kebersamaan, Tuhan Mengasihi Kita Semua".
Begitulah isi spanduk perpisahan yang dipasang di pintu masuk Gereja Bethel di kawasan Kalijodo, Jakarta, Minggu (28/2/2016).
Pada ibadah Minggu terakhir di Kalijodo itu, 40 jemaat yang hadir pun mengungkapkan kesedihan dengan menangis.
Mereka menutup ibadah dilanjutkan dengan foto bersama di depan gereja sebelum gereja itu dirobohkan Pemprov DKI Jakarta mulai Senin (29/2/2016). Kawasan Kalijodo akan diratakan dan kemudian dibangun Taman Pertaubatan.
Di luar gereja, sebagian besar warga Kalijodo terlihat sibuk mengosongkan tempat tinggal mereka.
Terdengar suara ketukan palu saling saut yang digunakan warga untuk membawa benda yang sekiranya berguna di hunian baru atau dapat diuangkan.
Terlihat beberapa warga sibuk mengangkut seng, triplek, jendela, bangku, lemari, dan barang-barang lainnya. Mereka saling bergotong royong untuk membongkar rumah.
Barang-barang itu lantas ditaruh di mobil pick up. Tidak lupa, beberapa di antara mereka menyampaikan salam perpisahan satu sama lain.
Seorang penjaga warung yang telah berjualan selama empat tahun di sebuah bilik berukuran 2x4 meter bernama Jumi terlihat menangis tersedu.
Ia menangis karena harus berpisah dengan sahabatnya yang telah tinggal di Kalijodo selama 20 tahun.
"Sampai ketemu lagi ya Bu, hati-hati di jalan," kata Ibu Jumi kepada sahabatnya mengucapkan salam perpisahan.
Sahabat Ibu Jumi itu kabarnya akan pulang kampung ke Jawa.
Menurut Ibu Jumi, sahabatnya itu pemilik dua lantai kos-kosan dengan 14 kamar di Kalijodo. Ia menyewakannya seharga Rp 400 ribu untuk kamar atas, dan Rp 500 ribu untuk kamar bawah.