Soal Honor Penari pada Pembukaan Asian Games, Ini Versi Inasgoc dan Pihak Sekolah
Biaya operasional dibayarkan melalui transfer bank ke rekening masing-masing sekolah.
Editor: Hasanudin Aco
Edi mengatakan tak hanya sekolahnya saja yang belum memberikan sisa uang operasional kepada para penari.
Dikatakannya, 17 SMA lain di Jakarta yang siswinya dipilih menjadi penari Ratoh Jaroe juga belum memberikan sisa uang operasionalnya.
"Jadi bukan cuma di sini aja, di sekolah lain juga belum ada yang kasih sisa uang operasional, saya kan saling komunikasi dengan sekolah-sekolah lain," kata Edi.
"Jadi bagaimana mau ngasih orang kita aja baru dapat semalam. Rencananya paling lambat hari Jumat kita akan berikan ke para siswi," kata Edi.
Uang apresiasi
Sementara itu, Wakil Kesiswaan SMA 78 Jakarta, Zainuddin, dihubungi terpisah mengatakan tak ada uang honor, yang ada uang kompensasi atau apresiasi.
"Istilah (uang, red) honor tidak ada. Yang benar itu kompensasi atau apresiasi dari sekolah menggunakan uang dari INASGOC melalui Lima Arus," kata Zainuddin saat dikonfirmasi, Rabu (19/9/2018).
Zainuddin mengatakan uang dari INASGOC diberikan secara bertahap sebanyak tiga kali.
Untuk termin ketiga, Zainuddin menyebut baru dikirim pada Selasa (18/9/2018). Uang itu digunakan untuk keperluan siswa selama persiapan latihan menari untuk pembukaan Asian Games 2018.
Dikatakannya, dari SMA 78 mengirimkan 80 siswi dan 44 siswa untuk pentas di pembukaan Asian Games 2018.
"Dalam pengelolaan uang itu untuk konsumsi, snack, transportasi. Jadi untuk itulah pelaksanaan kegiatannya uang tersebut," kata Zainuddin.
Zainuddin mengakui sempat menawarkan kepada para siswanya agar uang kompensasi dan apresiasi itu tidak diberikan dalam bentuk uang tunai, melainkan ke bentuk barang seperti jaket atau pun tas pinggang.
Dia menganggap hal itu agar lebih memiliki kenangan bagi para siswa ketimbang diberikan uang tunai.
"Saya selaku pendidik mengarahkan agar jangan uang agar minimal ada kenangan yang melekat. Itu yang saya arahkan," ungkap dia.
Mengenal tarian Ratoh Jaroe
Ratoh Jaroe merupakan tarian Aceh yang lahir dan berkembang di Jakarta.
Etnomusikolog Universitas Syiah Kuala, Aceh, Ari Pahlawi mengatakan, Ratoh Jaroe berasal dari dua kata, yaitu Ratoh yang berarti menari dan Jaroe yang berarti jari jemari. Jika digabungkan mempunyai makna jemari yang menari.
"Konsep tarian aceh sebenarnya ada dua, yakni berdiri (dong) dan duduk (duek). Namun Tari Ratoh Jaroe ini menggunakan konsep duduk (duek)," kata Ari Pahlawi, saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/8/2018).
Menurut dia, tarian Aceh mengombinasikan gerakan tangan, bahu, badan, dan kepala sehingga bisa bergerak selaras dengan baik antara satu pemain dengan pemain lainnya.
Tarian Aceh diperankan oleh kelompok wanita dan kelompok laki-laki. Ia mengungkapkan, Ratoeh Jaroe sendiri dikembangkan oleh Yusri atau sering dikenal dengan Dek Gam pada 1999.
Ketika itu, Yusri bertolak ke Jakarta untuk merantau. Berbekal bakat seni yang dimilikinya, Yusri mengembangkan sebuah tarian.
"Ya benar, tarian sebagai pembuka pada ajang Asian Games kemarin diciptakan seorang pria yang berasal dari Aceh yang dikenal dengan Dek Gam," ujar Ari.
Setelah itu, tarian kreasi mulai berkembang di Jakarta menyebar di sekolah-sekolah di Ibu kota. Hingga akhirnya, festival kesenian mulai digelar dan tarian ini semakin populer.
Ratoh Jaroe berkembang dengan inspirasi dasar tarian dari Aceh dengan unsur kebersamaan dan kekompakan. (TribunJakarta.com/Kompas.com)
Penulis: yogi gustaman