Cerita Junaedi, Petugas yang Makamkan Jenazah Korban Corona, Pasrah Takdir Tuhan
Untuk di TPU Pondok Ranggon terdapat 4 grup petugas makam dengan jumlah 22 orang pergrupnya.
Editor: Hasanudin Aco
"Seandainya dikucilkan pun ya enggak terlalu berpikir gimana-gimana ya karena wajar. Saya memaklumi. Alhamdulillah sejauh ini aman begitu pun dengan rekan yang lain, enggak ada dikucilkan dari lingkungan maupun lingkungan," katanya.
Miris jenazah Covid-19 ditolak disejumlah daerah
Banyak hal yang dialaminya selama menjadi petugas makam membuat Junaedi merasa miris ketika melihat jenazah Covid-19 mendapatkan penolakan.
Meskipun tak pernah menemukan hal aneh selama menggali liang lahat, Junaedi mengaku sedih ketika melihat pemberitaan yang ada.
Menurutnya, penolakan tersebut sudah tak manusiawi dan justru membuat pihak keluarga semakin berduka.
"Melihat rentetan kejadian yang di luar daerah banyak penolakan, jujur saya miris. Tidak seharusnya mereka melakukan hal seperti itu. Menurut pandangan saya itu sudah diluar rasa kemanusiaan," katanya.
Junaedi berharap tak ada lagi penolakan seperti itu. Sebab, ketika dimasukkan ke liang lahat jenazah dimakamkan sesuai dengan SOP korban Covid-19.
"Harusnya tidak usah seperti itu. Sebab, pemakaman jenazah sesuai dengan SOP yang ada. Kita di sini pun meminimalisir resiko yang ada dengan menyemprotkan disinfektan dan mengenakan APD ataupun jas hujan, masker dan sarung tangan ketika proses pemakaman," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Cerita Petugas Makam Jenazah Covid-19: Awalnya Takut dan Cemas, Siap Dikucilkan Tetangga