Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pilkada Jakarta Dipastikan Tetap Digelar 2022, Siapa Penantang Kuat Anies Baswedan, Bu Risma?

Kepastian soal pelaksanaan pemilihan kepala daerah di sejumlah wilayah akhirnya terjawab. Untuk DKI, tetap digelar tahun 2022

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pilkada Jakarta Dipastikan Tetap Digelar 2022, Siapa Penantang Kuat Anies Baswedan, Bu Risma?
Kolase Foto Tribunnews.com
Anies Baswedan (kiri) dan Tri Rismaharini. 

Deklarasi relawan Pasutri for DKI Jakarta itu akan digelar di enam wilayah kota dan kabupaten DKI jakarta, yaitu Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Kabupaten Kepulauan Seribu.

Tokoh Betawi diminta berani calonkan diri

Masyarakat Betawi diimbau melakukan berbagai pendekatan dan gerakan secara sistematis untuk melahirkan tokoh-tokoh Betawi yang bisa ditawarkan kepada partai politik dan masyarakat Jakarta untuk kegiatan pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta pada 2022.

Pendekatan yang efektif adalah melalui partai politik (parpol) yang dilindungi oleh Undang-Undang, karena bisa mengantarkan tokoh lokal menjadi pemimpin di daerahnya.

Demikian pandangan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik saat menjadi pembicara kunci dalam Kuliah Daring 3 Gerbang Betawi bertajuk 'Kepemimpinan Masyarakat Betawi: Organisasi Kemasyarakatan, Partai Politik, dan Birokrasi' di Jakarta pada Rabu (23/12/2020).

Kuliah daring edisi ketiga ini juga menampilkan dr Ashari sebagai Direktur Eksekutif Gerbang Betawi dan Prof Dr Agus Suradika, Dewan Pakar Gerbang Betawi, dengan selingan pembacaan puisi oleh budayawan Yahya Andi Saputra.

"Partai politik adalah kereta untuk mengantarkan seseorang menjadi pemimpin di daerah. Maka itu, parpol harus dikuasai oleh masyarakat Betawi. Tokoh-tokoh Betawi hadir di semua parpol dan memiliki peran kunci di sana. Kuasailah parpol," ujar M Taufik yang juga Ketua Dewan Penasihat DPD Partai Gerindra DKI Jakarta.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, partai politik pasti tertarik kepada tokoh-tokoh Betawi bila tokoh tersebut memiliki massa atau basis masyarakat pendukung besar.

Apalagi sejatinya kegiatan pilkada membutuhkan tokoh yang menguasai massa dengan baik. Hal ini mesti menjadi perhatian serius para tokoh Betawi bila ingin maju menjadi pemimpin di daerah.

Untuk itu, masyarakat Betawi melalui organisasi-organisasi masyarakat (ormas) seperti Gerbang Betawi (GB) harus banyak melakukan diskusi secara sistematis guna melahirkan rekomendasi-rekomendasi.

Misalnya, ormas GB bisa merekomendasikan tokoh-tokoh Betawi yang akan diantarkan ke berbagai parpol yang memenuhi syarat secara Undang-Undang dan menarik bagi masyarakat Jakarta.

"Saya melihat banyak tokoh Betawi potensial, tapi cara yang dilakukannya belum sistematis. Coba hitung orang Betawi di parpol, masih sedikit. Padahal Jakarta hanya satu pemilihan; gubernur," tegasnya.

Selain parpol, M Taufik juga menyoroti perlunya penyiapan kader-kader Betawi di birokrasi Pemprov DKI Jakarta. Sayangnya, langkah ini juga belum dilakukan serius oleh ormas Betawi. Padahal tujuannya strategis yakni bila ada posisi atau pergantian pejabat baru di SKPD, birokrat-birokrat terbaik Betawi lah yang tampil dan dipilih.

Terobosan Melahirkan Tokoh Betawi

Sementara itu, Direktur Eksekutif Gerbang Betawi dr Ashari dalam pengantar kuliah mengatakan, Provinsi DKI Jakarta telah tiga kali melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung, yakni pada 2007, 2012, dan 2017.

Dari ketiga pilkada tersebut, lepas dari gesekan, bagi masyarakat Betawi pilkada 2017 adalah pilkada suram, karena tidak memiliki calon gubernur yang memiliki ikatan etnisitas dengan kebetawian.

Maka itu, Gerbang Betawi perlu melakukan antisipasi agar untuk pelaksanaan pilkada 2022 dapat mendorong orang Betawi menjadi kontestan pilkada.

"Sedangkan pada pilkada DKI Jakarta pada 2007 dan 2012, masyarakat Betawi memiliki representasi yang begitu kuat. Berbeda dengan pilkada DKI 2017, parpol tidak mengusung tokoh yang memiliki latar belakang Betawi. Kondisi ini memperlihatkan bahwa masyarakat Betawi secara politik hanya sebagai pemilih, tanpa mampu menonjolkan tokoh-tokohnya. Dengan kata lain, masyarakat Betawi mengalami keterpurukan secara politik yang sangat serius dan sebaiknya tidak terulang di pilkada 2022," ujar dr Ashari.

Oleh karena itu, lanjut dia, Gerbang Betawi akan membangun satu tradisi baru dengan mengedepankan figur-figur orang Betawi yang layak untuk dikontestasikan pada pilkada 2022.

Meski menuntut sebagai 'penduduk asli' Jakarta, karekteristik politik Gerbang Betawi tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Singkatnya, politik Gerbang Betawi adalah alat untuk mensejahterakan dan menjaga kepentingan warga Betawi dan Jakarta tanpa terkecuali.

Sebagian berita tayang di Warta Kota: Pilkada DKI Tetap Digelar 2022, Apa Benar Bu Risma Siap Jadi Lawan Terkuat Anies Baswedan? 

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas