75 Persen Orang Tua Dukung Belajar Tatap Muka, KPAI: Orang Tua Lebih Galak dari Guru saat Mengajar
sebagian besar guru dan orang tua murid mendukung rencana pemerintah menggelar sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru atau Juli 2021.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Sanusi
”Semua harus bersuara mencari solusi terbaik terkait dengan pandemi. Tapi bukan berarti yang baik adalah yang menolak PTM, tapi bagaimana PTM ini sehingga baik prosesnya dan hasilnya," kata Dudung.
Hasil Belajar Menurun
Dalam diskusi yang sama Wakil Sekjen PB PGRI Jejen Musfah mengatakan berdasarkan riset yang dilakukan Kemendikbudristek, pembelajaran jarak jauh (PJJ) membuat hasil belajar siswa menurun.
Salah satu penyebabnya belum meratanya jaringan internet di belasan ribu daerah.
"Riset Kemendikbud menyatakan PJJ itu mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa, ini nasional risetnya. Kenapa? Sangat pantas karena masih ada 12.548 daerah yang blank spot internet. PJJ itu gimana kalau nggak ada internet, anak-anak naik ke gunung, naik ke pohon, dan lain-lain mencari titik yang ada itunya," kata Jejen.
Selain kendala jaringan internet, Jejen mengatakan kendala selanjutnya adalah soal literasi digital.
Menurutnya, tidak semua guru memiliki kemampuan menyampaikan materi pembelajaran secara digital.
"Belum lagi soal kapasitas dan literasi digital guru, mungkin internet ada, tapi guru mungkin tidak semua punya kapasitas menyampaikan pengetahuan dengan cara PJJ," ujarnya.
Tidak Siap
Jejen juga menuturkan tidak semua orang tua siap mendampingi anaknya belajar di rumah.
Dia menyebut, data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait PJJ menunjukkan bahwa orang tua lebih galak dari guru saat sedang mengajar.
"Ternyata nggak gampang mendampingi anak belajar," tuturnya.
Lebih lanjut Jejen mengatakan pembelajaran tatap muka (PTM) harus dijalankan demi menutupi kekurangan PJJ.
Apabila dalam praktiknya ada yang terkonfirmasi positif Covid-19, kata Jejen, wajib menjalani isolasi mandiri selama dua pekan.
"Harus jalan (PTM) demi menutupi kelemahan pada PJJ, tapi seandainya ditemukan kasus, harus bersedia isolasi 14 hari kemudian buka lagi ada lagi isolasi dan seterusnya," imbuhnya.(tribun network/ras/dod)