Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pentingnya Moderasi Beragama dan Kebangsaan Bagi Kalangan Millenial

Moderasi agama adalah suatu kebutuhan di tengah krisis humanisme dan radikalisme.

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Pentingnya Moderasi Beragama dan Kebangsaan Bagi Kalangan Millenial
Istimewa
Webinar nasional Moderasi Beragama dengan tema Moderasi Beragama dan Kebangsaan Bagi Kalangan Millenial. 

Ada tiga hal. Pertama, karena ada praktik agama yang ekstrim dan berlebihan.

Kedua adanya klaim sebab kebenaran subjektif sepihak.

Makin banyak klaim mengakfirkan, bahkan memurtadkan.

Ketiga, ada orang beragama kemudian keluar dari konsesus kebangsaan.

Terakhir, hal yang penting untuk disadari adalah bahwa program moderasi beragama itu bukan hanya untuk umat islam.

Akan tetapi, juga kepada umat lain seperti ke gereja-gereja seperti di Papua sehingga tidak muncul lagi isu-isu yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Menanggapi hal itu, Ketua BPET MUI Pusat Muh Syauqillah, menjelaskan banyak kasus radikalisme ternyata berasal dari kalangan muda.

Baca juga: Kemenag Ajak Pemuda Katolik jadi Garda Terdepan Moderasi Beragama

BERITA REKOMENDASI

Berdasarkan Global Terorisme Indeks 2020, ini berkaitan dengan metode rekruitmen.

Salah satunya adalah melalui online propaganda yang meliputi rekruitmen, propaganda, pendanan, pelatihan, konsolidasi, perencanaan dan pembaiatan, famili dan pertemanan.

"Terkait paradigma moderasi beragama, ada teori Levelling Teror Actor yang meliputi mereka yang, pendana pasif, pelaku teror, pendukung aktif, aktif di jaringan teror, aktif di pemikiran dan operasional, tokoh promeinen/ideolog. Saya katakan, dengan ini bahwa program moderasi beargama harus meliputi setiap levelnya. Jika tidak, maka akan sia-sia. Jadi dari hulu ke hilir," kata Syauqillah.

Syauqillah juga menuturkan, ada 10 prinsip Islam Washatiah yang perlu dipahamii oleh generasi muda khususnya.

dia antaranya tawassuth (tengah), tawazun (seimbang), i’tidal (lurus/tegak), tasamuh (toleransi), musawah (egaliter), Syuro, ishlah (reformasi), adawiyah, tathawwr wa ibtikar (dinamis dan inovatif), dan tahadhdhur (berkeadaban).

"Jika seandainya prinsip-prinsip ini bisa dihayati dengan baik dan dipraktikkan urgensinya, maka kita tak perlu khawatir generasi berikutnya yang akan memegang peranan penting apakah akan terjerumus pada teror atau tidak. Karena dengan itu semua maka tidak akan," kata pakar radikalisme ini.

Sementara itu, Pendiri NII Crisis Center yang juga adalah eks dari NII Ken Setiawan mengumukakan pandangannya terkait dengan radikalisme di kelompok muda.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas