Profil Lin Che Wei, Tersangka Baru Kasus Mafia Minyak Goreng, Diduga Berkomplot dengan Indrasari
Lin Che Wei, penasihat kebijakan Menko Perekonomian, ditetapkan sebagai tersangka kasus mafia minyak goreng. Simak profilnya.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
Mengutip akun LinkedIn-nya, jabatan tersebut sudah diemban Lin Che Wei sejak Juni 2014.
Baca juga: Survei Indikator Politik: Masyarakat Ingin Mafia Minyak Goreng Dituntaskan
Baca juga: Jaksa Agung Klaim Penetapan Tersangka Mafia Minyak Goreng Mendapat Respons Positif Dari Masyarakat
Pengalamannya di sektor publik dimulai pada 2004 ketika ia diangkat menjadi Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Aburizal Bakrie, dan Menteri BUMN, Soegiharto.
Ia merupakan lulusan S2 National University of Singapore tahun 1994.
Gelar S1-nya ia raih dari Universitas Trisakti.
Sebelum menjadi Penasihat Kebijakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Lin Che Wei pernah menjabat sebagai CEO Putra Sampoerna Foundation selama satu tahun, sejak 2007 hingga 2008.
Lin Che Wei memiliki pengalaman lebih dari 27 tahun dalam bidang Riset, Kebijakan Publik.
Ia memulai kariernya di bidang Electronic Data Processing di Bank Swasta.
Berikut ini pengalaman Lin Che Wei:
- Research Analyst dengan spesialisasi Perbankan, Industri, dan Barang Konsumsi di PT WI Carr Indonesia;
- Kepala Riset dan Direktur SG Securities yang berkedudukan di Indonesia dan Singapura;
- Direktur Riset di Deutsche Morgan Grenfell;
Baca juga: Kejagung Periksa Tiga Orang Analis Perdagangan di Kemendag RI Soal Kasus Mafia Minyak Goreng
Baca juga: Komisi III Nilai Wajar Kepercayaan Publik kepada Kejaksaan Agung Meningkat Usai Bongkar Mafia Migor
- Direktur Utama PT Danareksa (Persero) (BUMN);
- CEO Sampoerna Foundation (Organisasi Nirlaba);
- CEO Perusahaan Revitalisasi Kota Tua Jakarta (Organisasi Nirlaba).
- Pendiri Katadata Indonesia (Perusahaan Media & Berita)
Lin Che Wei pernah mendapatkan penghargaan Tasrif dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Ia juga pernah menerima Best Analyst dari Asiamoney, Euromoney, dan Indonesian Best Analyst dari Majalah Prospektif.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Igman Ibrahim)