Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dugaan Human Error Erupsi Semeru di Lumajang, Komnas HAM Tak Ingin Ada Lagi Kejadian Salim Kancil

Bupati dan Kapolres Lumajang diminta jamin keamanan warga Candipuro yang jalan kaki ke Jakarta adukan human error erupsi gunung semeru.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Dugaan Human Error Erupsi Semeru di Lumajang, Komnas HAM Tak Ingin Ada Lagi Kejadian Salim Kancil
TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
Tiga warga Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, singgah di Balai PWI Banyumas di Purwokerto, dalam perjalanan mereka melakukan aksi jalan kaki dari Lumajang menuju Istana Negara. Beka Ulung Hapsara mengatakan para warga yang tengah memperjuangkan haknya dengan berjalan kaki ke Jakarta tersebut perlu dijamin keamanannya dari ancaman baik berupa fisik maupun verbal. 

Mendapatkan tantangan tersebut, Nurkholik bersyukur keluarganya mendukung apa yang dilakukannya bersama rekan-rekan.

Istri-istri mereka, kata Nurkholik, juga memberikan dukungan kepada  aksi yang mereka lakukan.

"Keluarga kami sangat mendukung, terutama istri-istri kami bertiga ini sangat mendukung dan sepakat untuk apapun yang terjadi tetap maju," kata dia.

Baca juga: Komnas HAM Akan Minta Keterangan Pemkab Lumajang Hingga Polisi Soal Dugaan Human Error Erupsi Semeru

Usai pertemuan, Nurkholik mengatakan ia dan warga telah berulang kali menyampaikan baik kepada perusahaan, Kementerian ESDM, Bupati Lumajang, DPRD Kabupaten Lumajang, dan kepolisian terkait kondisi pertambangan yang sudah mengkhawatirkan warga.

Namun demikian, kata dia, laporan tersebut tidak diindahkan hingga saat ini.

"Kalau ke Bupati sudah sering, kami ke Pemkab, ke DPRD hearing, dan melaporkan itu sering kami. Sampai bosan kami," kata Nurkholik.

"Makanya kami sampai merasa sudah tidak ada lagi tempat kecuali kami berjalan walaupun kami seadanya berjalan, kami sudah mengumpulkan tekad kami untuk berjalan dan menahan semua kelaparan semua apalah," kata dia.

BERITA REKOMENDASI

Nurkholik mengungkapkan human error tersebut diduga dilakukan oleh CV Duta Pasir Semeru (DPS) yang melakukan aktivitas penambangan pasir di sekitar wilayah tempat tinggal mereka.

Ia mengatakan, perusahaan tersebut sebenarnya telah mendapatkan izin sejak 2015.

Namun demikian, kata dia, aktivitas CV DPS pada 2019 sampai 2020 kegiatan pertambangan tersebut mulai mengkhawatirkan karena perusahaan tersebut membangun tanggul-tanggul melintang untuk menutup atau menghambat aliran lahar atau aliran air.

Selain itu, kata dia, perusahaan tersebut juga membangun kantor dan workshop di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menyebabkan pendangkalan sungai mengingat rumah mereka berada di sekitar aliran sungai.

"Kami duga perusahaan (melakukan) ini untuk menjebak pasir atau mempermudah untuk pengambilan pasir," kata Nurkholik.

Baca juga: Kisah Korban Erupsi Semeru Jalan Kaki Dari Lumajang Ke Jakarta, Tidur di Masjid dan Diancam Ditabrak


Dalam pertemuan tersebut, anggota tim advokasi dari LBH Damar Indonesia, Dimas, berharap masalah tersebut dapat terungkap dan keadilan bagi masyarakat Lumajang bisa segera ditegakkan.

Dimas juga membawa sejumlah bukti terkait proses advokasi mereka di antaranya berupa foto dan berkas surat menyurat kepada pihak terkait untuk diserahkan ke Komnas HAM RI.

"Dan (harapannya) pertambangan yang ada di aliran Gunung Semeru bisa dilakukan evaluasi dengan jelas dan oknum-oknum siapapun itu bisa ditindak secara hukum, secara adil," lanjut Dimas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas