Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Prof dr Zubairi Djoerban Cerita Awal Mula Terdeteksi HIV/AIDS di Indonesia

Prof Zubairi menyebut salah satu alasan banyak pasien HIV/AIDS yang putus meminum obat karena merasa sudah bugar.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Prof dr Zubairi Djoerban Cerita Awal Mula Terdeteksi HIV/AIDS di Indonesia
Tribunnews/JEPRIMA
Prof Zubairi Djoerban saat berpose usai wawancara khusus dengan Tribun Network mengenai pencegahan penyakit HIV/AIDS di kawasana Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (2/9/2022). Prof Zubairi menyebut salah satu alasan banyak pasien HIV/AIDS yang putus meminum obat karena merasa sudah bugar. 

Jadi tahun 1984 baru ketemu mula-mula virusnya, jadi virusnya kemudian tahun 1985 bulan Juli sampai dengan pertemuan Edge pertama dunia di Atlanta di situ kemudian ketahuan virusnya namanya HIV.

Nah tes itu kemudian saya bawa ke Indonesia tahun 1986, ada kasus di Rumah Sakit Islam dan saya bekerja di sana perempuan dengan autoimun karena kondisinya lemah saya periksa ternyata positif.

Dan kemudian juga meninggal dan menjadi viral istilahnya. Itu kasus-kasus pertama.




Si X ini, yang terinfeksi HIV. Itu dia dapatnya dari mana?

Iya jadi penerawang kami ternyata ada banyak yang ternyata dari hubungan seksual saja. Jadi riwayatnya waktu itu dari Amerika Los Angeles, San Francisco, New York, New Jersey yang di sebelah sana kebanyakan teman-teman muda di kalangan laki sama laki.

Kalau yang di New York dan New Jersey kebanyakan penggunaan narkotika. Jadi gampang ketahuan. Dan gampang ketahuan lagi ternyata bisa lewat laki ke perempuan.

Dan kemudian makin banyak ditemukan di Afrika dan di hampir semua benua akhirnya.

BERITA TERKAIT

Dan ternyata penularan laki ke perempuan dan perempuan ke laki, jauh lebih banyak daripada penularan homoseksual dan dalam tanda kutip orang yang lain seksual, bisa hetero bisa mono, kemudian narkotik, dan ketiga lewat transfusi darah.

Jadi waktu itu pasien-pasien hemofilia mendapatkan faktor 8 ini intinya adalah donor dikumpulkan banyak kemudian diolah, ketika tercemar satu, maka semuanya kena, banyak di indo kasus yang saya tangani dengan hemofilia.

Kemudian, setelah cara tesnya, sekarang proses untuk faktor 8 sudahi, dan darah yang keluar dari PMI dan program transfusi darah manapun disaring bersih, 99,9 persen tidak bisa 100 persen tapi bisa dikatakan semuanya tidak terjadi penularan.

Nah keempat, jadi kalau seorang ibu tertular HIV dan dia hamil, disitu risiko bayinya tertular itu antara 20-30 persen. Namun kemudian kalau ibu ini minum obat maka risiko penularan nol.

Sekarang di banyak negara bagian di Amerika tidak ada lagi bayi lahir dari ibu yang positif yang tertular karena si ibu minum obat.

Namun kenyataannya di Indonesia berbeda karena ibu ini ternyata tidak semua ibu hamil tes HIV itu yang terjadi di kita dan penularan di layanan kesehatan (jarum suntik).

Jadi misalnya menyuntik seseorang setelah suntik jangan ditutup lagi nah proses penutup ini kemudian bisa meleset. Jadi sekarang tidak boleh lagi, recapping, menutup kembali spet ke tutupnya. Itu yang kelima.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas