Pegiat Pertanian Minta Anak Muda Jangan Takut Bertani
Pendiri Komunitas Petani Muda Keren, Anak Agung Gde Agung Wedatama mengatakan ada citra yang dibangun kuat bahwa dunia pertanian itu tidak baik.
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak anak-anak muda masa kini ogah menggeluti dunia pertanian karena dianggap selalu identik dengan kotor, melelahkan dan tidak efisien.
Padahal pertanian tidak melulu seperti itu.
Seiring perkembangan zaman bertani dengan mengandalkan teknologi digital kini sudah mulai dilakukan.
Salah satunya dengan mengembangkan sistem smart farming, irigasi sprinkle bahkan penggunaan artificial intelligence(ai).
Baca juga: Penyaluran KUR Sektor Pertanian Tahun 2022 Lampaui Target Tembus Rp 103 Triliun
Pendiri Komunitas Petani Muda Keren, Anak Agung Gde Agung Wedatama mengatakan ada citra yang dibangun kuat bahwa dunia pertanian itu tidak baik.
Segala aktivitas yang berbau pertanian, kata dia, dinilai melelahkan, tidak nyaman, dan kotor.
"Mengapa pertanian kita ditinggalkan? Karena cost-nya tinggi, dan efisiensi rendah," ujarnya, Senin (28/11/2022).
Menurut Gung Weda, pertanian selama ini dinilai ekonomi biaya tinggi baik dari saat pra tanam, masa tanam, dan panen.
Selain itu, sistem pemasaran masih tradisional, sehingga tak bisa menjangkau tempat jauh.
Lewat komunitas yang dia bangun, Gung Weda mengubah citra buruk tersebut.
Untuk pemasaran misalnya, Gung Weda mengajak para petani di Komunitas Petani Muda Keren Bali untuk memasarkan produk hasil pertanian melalui aplikasi khusus, yaitu Bali Organik Subak (BOS).
Dengan aplikasi ini, para petani yang tergabung dalam komunitas yang dia bangun bisa menjual produknya hingga ke mancanegara.
"Kami ada ekspor buah-buahan seperti manggis dan mangga ke China, Rusia, dan Timur Tengah," kata dia.
Baca juga: Susi Pudjiastuti: Petani Garam Harus Dijaga Kesejahteraannya
Di Pulau Dewata, komunitas yang berdiri sejak 2018 ini menghimpun sekitar 1.000 petani.