Puan Maharani Ceritakan Bagaimana Perjuangan PDIP di Masa Sulit, Semoga PDIP Bisa Menjadi 100 Tahun
Terlahir sebagai putri Megawati Soekarnoputri, Puan turut merasakan bagaimana perjuangan di masa-masa sulit PDIP.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
Kemudian yang kedua, adalah solid mengkonsolidasikan seluruh tiga pilar partai untuk turun ke bawah dan ikut apa yang menjadi arahan dari ketua umum.
Karena soliditas itu saya sudah merasakan sangat penting untuk menjalankan semua program kerakyatan itu secara gotong royong, gak mungkin kita bisa kerja sendiri-sendiri, kita harus gotong royong, gotong royong, dan gotong royong.
Jadi soliditas, gotong royong, turun ke bawah dan tentu saja mengikuti instruksi satu rampak barisan sesuai dengan arahan ketua umum atau partai.
Mbak Puan sepanjang turun ke bawah sesuai perintah Ibu Ketum, apa yang Mbak Puan temui, turun ke bawah ketemu rakyat. Apa saja Mbak bisa cerita pengalaman Mbak Puan?
Banyak sekali, banyak sekali bagaimana kemudian saya sempat tercengang, surprise dan setelah itu saya tertawa terbahak-bahak begitu seorang ibu kemarin di Medan, (saya) datang ke sana tiba-tiba, saya kan mengatakan 'siapa yang mau bicara dengan saya untuk menyampaikan aspirasinya'.
Nenek-nenek datang ke depan dengan bahasa logat Medan nya, karena orang Batak kan. 'Puan ternyata kau ini perempuan punya otak, kau ini pintar. Saya pikir dia mau menyampaikan apa. 'Saya baru tahu ada perempuan bisa sepintar kau ini'.
Saya tanya 'jadi ibu maunya apa?', 'saya tidak mau apa-apa, saya cuma mau berbicara seperti itu aja kan, tidak Pernah ada perempuan sepintar kau'. Banyak sekali.
Bahkan tiba-tiba ada Ibu yang datang ke saya nangis-nangis. Terus, 'Kenapa ibu nangis?', 'karena ketemu Mbak Puan'.
Kemudian pencurahan aspirasinya, saya minta ini tolong dibantu apa rumah saya rusak, atau kemudian tolong supaya harga pupuk itu jangan mahal.
Banyak sekali lah aspirasi yang saya (terima), tapi banyak sekali kejadian-kejadian lucu yang sangat menarik dalam setiap kunjungan saya ke daerah-daerah atau bertemu dengan rakyat yang itu tidak akan kita temui kalau kita tidak bertemu langsung dengan rakyat Mbak Puan setelah menjaring, dapat masukan, simpati apapun dari rakyat, biasanya Mbak puan lakukan apa setelah menangkap aspirasi?
Ya pertama apa yang mereka sampaikan saya harus tindaklanjuti. Tentu saja dengan mengakomodir teman-teman yang ada di DPR, teman-teman yang ada di partai dan kepala daerah yang ada, kan gak mungkin semuanya. Saya lakukan sendiri, prinsip gotong royong itu yang menjadi sangat penting.
Saya akan panggil kepala daerah PDIP jika ada di wilayah tersebut juga anggota legislatifnya. Bagaimana kemudian sinergi juga dengan anggota DPR yang ada di sini sesuai dengan komisi-komisinya. Kan kita mempunyai hak untuk memberikan program-program kepada rakyat. Saya kira itu.
Kalau misalnya 'saya minta rumah saya diperbaiki karena tidak layak huni. Pemerintah kan punya program untuk perbaiki rumah tidak layak huni, itu ada komisi V gitu kan.
Jadi saya minta teman-teman di komisi V untuk menindaklanjuti itu tentu saja sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada.
Nanti setelah rumahnya bagus atau sudah rumahnya layak huni, saya datang lagi beberapa bulan kemudian ngecek, (kalau) ternyata rumahnya sudah bagus, layak huni dan ya begitu ketemu, saya langsung meluk ampe nangis-nangis 'makasih-makasih, gak nyangka saya punya rumah seperti ini'.
Aduh Tuhan saya lega sekali. Artinya apa? Apa yang saya lakukan, apa yang saya coba usahakan untuk mereka itu bisa berhasil walaupun ya saya juga harus mengaku bahwa tidak semua yang mereka minta itu bisa saya penuhi.
Inilah yang kemudian menjadi PR bahwa PDIP Insya Allah harus menang tiga kali untuk bisa memperbaiki dan menyelesaikan apa yang menjadi keinginan rakyat. (Tribun Network/Yuda)