PDIP 'Semprot' Mendagri Tito di Rapat Perdana Komisi II DPR soal Pemilu 2024: Busuk Sebusuk-Busuknya
Dirinya bahkan menyamakan kondisi pemilu di Indonesia seperti pada di negara Afrika dan beberapa negara di Amerika Latin.
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDIP, Deddy Sitorus memberikan masukan sekaligus kritik tajam kepada Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri) petahana Tito Karnavian atas kinerja Kemendagri dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.
Di hadapan Tito, Deddy memberikan catatan khusus soal masifnya gerakan para Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk Penjabat (Pj) kepala daerah yang secara terang-terangan cawe-cawe di Pemilu.
"Pengalaman Pilpres dan Pileg kemarin, merontokkan kredibilitas institusi-institusi kekuasan. Mereka menganggap cawe-cawe dalam proses demokrasi itu sebagai hal yang normal," kata Deddy saat rapat kerja perdana antara Komisi II DPR RI dengan Kementerian Dalam Negeri RI (Kemendagri), di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
"Tidak ada nurani mereka bicara apa itu undang-undang, apa itu falsafah bernegara, apa itu menjadi seorang pamong praja, sebagai seorang Bhayangkara, sebagai sapta marga? Enggak ada, pak. Hilang semua," tegasnya melanjutkan.
Deddy bahkan mengaku mendapati beberapa bukti kuat terhadap proses demokrasi yang turut dicampuri oleh para aparat tersebut.
Dia mengaku pernah melihat adanya kepala daerah membagikan uang demi untuk mencapai tujuan dalam Pemilu.
"Saya mengalami langsung. Saya mengalami bagaimana kepala desa yang bagi-bagi uang pak. Mengalami bagaimana dinas-dinas, Pj turun. Dan itu merata di seluruh Indonesia," beber dia.
Baca juga: Mabes Polri Ungkap Ada Pejabat Kementerian Komdigi Diduga Terlibat Judi Online: Sedang Didalami
Dirinya menilai, pemilu yang merupakan bagian demokrasi di Indonesia seakan dipermainkan dan disepelekan.
Padahal, menurut Deddy, demokrasi di suatu bangsa merupakan cara setiap warganya membangun peradaban.
"Bagi saya, namanya pemilu itu bukan sekadar sebuah ritual demokrasi pak. Pemilu adalah cara kita membangun peradaban. Tidka saja sekadar merekrut pemimpin. Cara kita membangun integritas, sistem pemerintahan, banyak sekali yang dipertaruhkan. Bukan sekadar anggaran," kata dia.
Atas kondisi ini, Deddy berkelakar pesta demokrasi yang belakangan terjadi di Indonesia masuk dalam tahapan yang buruk.
Dirinya bahkan menyamakan kondisi pemilu di Indonesia seperti pada di negara Afrika dan beberapa negara di Amerika Latin.
Baca juga: Kabar Gembira! Program Makan Bergizi Gratis Ditujukan untuk Ibu Hamil, Balita, dan PAUD hingga SMA
Hal itu bahkan terlihat jelang Pilkada serentak yang akan dilakukan pada November mendatang ini.