Keripik Mangrove Sergai Tembus Amerika Serikat
Produk-produk yang dikembangkan pun beragam mulai dari jamu, mangrove, payet, hingga tourism village.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNEWS.COm MEDAN - Pemberdayaan perempuan kreatif jadi misi utama Sumatera Women Foundation. Organisasi nirlaba ini didirikan para perempuan yang ingin membantu perempuan khususnya memasarkan produk dan mengembangkan desa sejahtera.
Ade Nova Zein, Direktur Sumatera Woman Foundation mengatakan Sergai dipilih menjadi fokus, karena di daerah tersebut banyak perempuan-perempuan kreatif, yang benar-benar ingin mandiri dan sejahtera.
"Tujuan kita women empowerment. Perempuan-perempuan kreatif ini mau dibina. Mereka punya produk . Kami bantu pasarkan dan dikembangkan, tak hanya untuk pasar domestik, juga pasar internasional. Goal kami, adalah mau membuat Sergei sebagai desa percontohan kabupaten perempuan kreatif," ujar Nova dalam Diskusi Rutin Tribun Medan, di redaksi, Kamis (15/8/2013).
Produk-produk yang dikembangkan pun beragam mulai dari jamu, mangrove, payet, hingga tourism village.
Dari mangrove,-tanaman yang booming terkait isu global lingkungan hidup,- di tangan perempuan-perempuan kreatif Sergai berubah menjadi nilai produk bernilai jual.
Perempuan penduduk Desa Nagalawan, kini mengolah mangrove menjadi produk makanan seperti keripik dan selai. Bahkan Amerika ingin produk tersebut didistribusikan ke negara adi daya ini.
"Tahun lalu kami adakan pameran, Konsul AS melirik dan mencicipi produk itu. Mereka bilang, olahannya seperti selai strawberry. Mereka support sekali. Kami mau kenalkan mangrove ke dunia. Kami ingin perempuan Desa Sergei bisa maju mengembangkan produk mangrove selevel produk kopinya Starbucks,''ujar Dewi Octavia, Sekretaris Sumatera Woman Foundation.
Lalu bagaimana proses pembinaannya?
Di mana ada desa yang memiliki perempuan-perempuan kreatif dan ingin memasarkan produknya, Sumatera Woman Foundation siap membantu. Konsep bantuannya, bukan dengan memberikan bantuan uang. Melainkan, pemberiaan bahan modal binaan, alat, hingga pelatihan. "Alurnya, ada pelatihan, termasuk pembelajaran pemasaran kepada perempuan-perempuan desa tersebut. Kemudian praktek produk, lalu filtering produk dan hasil produk premium kami bantu pasarkan,"ujar Nova.
Adapun dalam proses filter produk, Nova menyebutkan ada beberapa syarat. Dikemas dengan baik,sesuai standar. Kemudian rasa, tidak basi, produknya bermutu. "Selanjutnya soal izin Depkes dan BPPOM akan kami bantu. Tapi, kami sangat menekankan soal kualitas. Jadi, satu produk bisa terus menerus melewati proses trial error yang agak panjang. Ada sekitar 1.000 produk yang antre dan masih terus digodok," ujarnya. Selain itu, Sumatera Women Foundation pun menjembatani antara investor dengan para binaan.
Kini, Sumatera Women Foundation juga sedang mengembangkan tourism village. Yakni, membuat konsep guest house yang dikelola para penduduk dengan sentuhan tradisional. Di kawasan tersebut, pendatang dapat berinteraksi dengan perajin setempat. "November ini ada 180 pelajar dari Korea yang mau berkunjung. Kami sudah desain konsep home stay-nya. Tetap yang diberdayakan adalah penduduk setempat," kata Dewi. (mom)