Bos Cokro Telo di Mata Karyawan: Suka Kasih Polisi Uang, Berujar Tak Pantas
Caci maki, ujaran tak pantas, selalu Firmansyah tunjukkan saat memimpin rapat pagi dengan pegawai Cokro Telo Corporation. Tak sedikit pegawai kabur.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Ikrar Gilang Rabbani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYAKARTA - Puji merupakan karyawan administrasi Cokro Telo Corporation. Ia melarikan dari tempatnya bekerja beberapa waktu lalu.
Tak genap enam bulan ia bekerja di tempat itu. Ia menuturkan Firmansyah Budi Prasetyo, pemilik Cokro Telo, bukan seorang pemimpin yang baik.
Puji yang mendapatkan kontrak kerja setahun terpaksa melarikan diri karena tidak tahan dengan perlakuan Firmansyah dan peraturan perusahaan yang merugikan para pekerja.
Perusahaan menjanjikan menggajinya Rp 900 ribu per bulan, ternyata Puji hanya menerima upah bersih Rp 258 ribu. Itu pun selalu telat diterima pekerja.
"Banyak sekali pemotongan upah yang tidak dijelaskan saat awal pengajuan kontrak. Peraturan tentang potongan-potongan gaji tersebut baru saya ketahui setelah menerima gaji Rp 200 ribuan," ungkap Puji kepada Tribun Jogja belum lama ini.
Perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja selalu dirasakan Puji. Cokro Telo beralamat di Jalan Bugisan, Patangpuluhan, Yogyakarta.
Setiap pagi Puji dan pekerja lainnya harus rapat, tapi Firmansyah sang pemilik selalu menggebrak meja, bersuara lantang, hingga berucap tak pantas.
"Bagaimana mau kerja nyaman kalau setiap pagi harus menghadapi gebrakan meja hingga lemparan barang, sangat tidak menyenangkan," cerita Puji.
Lantaran perlakuan buruk pemilik perusahaan, Puji mendatangi kantor Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pelapor lainnya, Ayu. Tenaga pemasaran ini jengah bekerja untuk pemimpinnya yang pernah mendapat penghargaan finalis wirausaha sukses di Yogyakarta.
Sering kali Ayu harus menerima keluhan dan makian dari klien yang berinvestasi di Cokro Telo Corporation melalui proyek budidaya.id.
Ayu menuturkan investasi di Coktro Telo bodong alias tipu-tipu. Uang investasi para klien tidak pernah ditanamkan atau diinvestasikan pemilik ke para petani singkong yang menjadi binaan Cokro Telo.
"Hampir setiap hari saya selalu menerima protes dari mitra, sedang bapak (Firmansyah) tidak pernah menjelaskan ke mana uang investasinya dan selalu saya yang harus menjelaskan atau minta maaf ke mitra," tutur Ayu yang juga tidak sampai enam bekerja di Cokro Telo.