Panen Raya, Harga Salak di Banjarnegara Anjlok Sampai Rp 1.500 per Kg
Harga buah di tingkat petani tersebut terjun bebas di banding saat musim normal, berkisar Rp 1.500 sampai Rp 2.000 perkilogram.
Editor: Sugiyarto
"Harga anjlok karena lagi musim buah lain seperti mangga dan rambutan,"katanya
Harga salak yang rendah ini diperkirakan masih akan bertahan hingga beberapa bulan ke depan. Karyanto mengatakan, biasanya, harga salak yang anjlok berlangsung cukup lama, sekitar 3-4 bulan.
Dengan kata lain, harga salak masih akan anjlok sampai penghabisan musim buah tahunan.
Beriringan dengan musim panen Mangga dan Rambutan, tanaman buah lain semisal Duku pun tengah menunggu panen dan siap mendominasi pasar.
Seiring dengan berkurangnya produksi buah tahunan itu, harga jual salak biasanya akan berangsur normal atau naik.
Sayangnya, giliran harga salak naik atau normal di kisaran Rp 3000 hingga Rp 4000 perkilogram, produksi salak di tingkat petani biasanya juga menyusut. Sehingga petani tak bisa menikmati harga tinggi tersebut karena hasil panen mereka langka.
"Saat melimpah harga murah, saat harga mahal salaknya langka,"katanya
Eko Purwanto, petani salak asal Desa Bantar Kecamatan Wanayasa merasakan hal sama. Tak beda dengan daerah penghasil salak lain di Banjarnegara, harga salak di desanya pun kini tengah anjlok.
Petani di desanya menjual salak ke tengkulak sekitar Rp 2.000-3.000 perkilogram. Ini lebih rendah dari harga normal antara Rp 3.500-5.000 perkilogram.
Petani di desanya, tepatnya di Dusun Sikenong bahkan pernah merasakan harga salak terendah, yakn Rp 500 perkilogram, Maret 2018 lalu.
Sebabnya, jalan menuju dusun tersebut putus karena longsor. Susahnya akses transportasi membuat tengkulak menurunkan harga salak yang mereka beli dari petani.
"Harga salak sekarang anjlok pemicunya lagi musim buah yang lain," katanya.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.