Walikota Surabaya Ingin Makam Orangtuanya Terang dengan Menjadikan Jabatan Ladang Amal (1)
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi langsung ngebut dengan program-programnya yang pro-rakyat. Ia menjadikan jabatan sebagai ladang amal.
Editor: cecep burdansyah
Kami sampaikan, ayo semuanya dijalankan dengan transparansi. Alhamdulillah, di Surabaya ada e-government, ada e-bujeting, e-document, e-projecteplanning, dan beberapa lainnya. Itu semua kalau dilihat hak ciptanya, masih atas nama saya dan Bu Risma (Wali Kota Surabaya sebelumnya Tri Rismaharini). Saya kali pertama jadi PNS, kami sampaikan, semangat kerja ASN harus seperti pekerja swasta.
Lantas bagaimana strategi ke depannya?
Selalu ada pesan yang saya ingat. Sebenarnya, saya tidak mau jadi wali kota. Bahkan, pada suatu siang saat pengumuman saya akan diusung sebagai wali kota, saya nggak langsung mengiyakan. Sebab, saya harus melapor kepada Umi (Ibu). Kalau Umi sudah bilang terjang, saya terjang. Saya pamit kepada kedua orangtua. Mereka berdua duduk. Saya pamit kalau saya maju wali kota, saya harus keluar dari ASN. Dulu yang minta saya jadi PNS adalah Bapak.
Saya ditanya (Umi), niat saya apa (maju wali kota). Niat saya satu, ingin membahagiakan orang tua. Umi saya bilang, saya harus memperbaiki niat. Umi saya bernasihat, "Kalau kamu saya izinkan, ketika jadi wali kota, jangan membuat makam orang tuamu gelap. Umi ingin makam Umi terang dengan kelakuanmu,"..... (Mengusap air mata). Mereka semua sudah sepuh semua. Abah saya sudah sakit (mengusap air mata).
Bagaimana cara Anda menjalankan nasihatnya?
Saya ingin membuat bangga. Memberikan makam yang terang, bukan makam yang gelap. Kalau Umi yang memberikan ridho, saya jalan. Beliau bilang, "kalau kamu bisa menjalankan niat ini, maka kamu bisa jadi wali kota,". Ketika saya jadi wali kota kenapa saya tidak punya beban, karena saya masih ingat pesan Umi saya. Saya nggak mau durhaka. Saya ingin memberikan amal jariyah yang banyak. Abah bilang, abah sudah tua. Kalau bisa niatnya gitu, maka jadi.
Apa pesan Anda kepada warga yang tengah memperingati HUT Surabaya?
Saat ini pandemi, tidak tahu berakhir kapan. Hari ini kita berjuang mati-matian. Termasuk dengan vaksin. Namun, ekonomi tidak boleh berhenti. Sehingga, kami berharap ekonomi dan protokol kesehatan bisa bergerak bersama.
Saya titip. Sehebat apapun pemerintah kota, tidak akan bisa mencapai tujuan tanpa dukungan masyarakat semua. Termasuk kepada nakes hingga satgas. Mari berjuang. Insya Allah Surabaya menjadi kota yang Baldatun Thoyibatun Warobbun Ghofur. (bobby koloway)
Baca juga: Pengacara di Surabaya Jadi Tersangka Kasus Penganiayaan ART