Semangat Saling Bantu KBA Solo: Bangkit dari Pandemi, Berjuang Demi Lestarikan Wayang Kulit
Kisah KBA Solo Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kabupaten Klaten bangkit dari pandemi Covid-19 dan kini memiliki misi melestarikan wayang kulit.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
"Alhamdulillah selama pandemi, dapat bantuan dari pemerintah jadi bisa buat modal usaha," ucap Joko.
Awan kelabu di kehidupan Joko pun perlahan sirna seiring dengan situasi pandemi yang mulai membaik dan pemerintah melakukan sejumlah pelonggaran.
Meski masih dalam jumlah terbatas, pesanan membuat wayang kulit kembali datang.
Joko pun mulai bangkit dan kembali melakukan pekerjaan yang dilakoninya sejak kelas 6 SD tersebut.
"Sejak akhir tahun lalu, saya mulai menatah lagi karena ada pesanan, meski belum seramai dulu," ujarnya.
Semangat Saling Bantu
Tak hanya Joko, sejumlah warga Dukuh Butuh yang berprofesi sebagai perajin wayang kulit pun ikut bangkit dan bergeliat.
Satu set alat tatah yang sempat disimpan, kini ditata lagi. Pandukan yang sempat berdebu, sekarang kembali dipakai.
Kembali menggeliatnya aktivitas pembuatan wayang kulit ini sebenarnya tak lepas dari semangat saling bantu dari warga.
Sejumlah perajin yang kewalahan menyelesaikan pesanan wayang kulit karena kebanjiran order, tak sungkan meminta bantuan perajin lain untuk ikut menggarap.
Selain pesanan wayang kulit bisa lebih cepat selesai, cara ini juga menjadi aksi saling berbagai rezeki dengan perajin lain di tengah keterbatasan akibat pandemi.
Hal ini disampaikan tokoh penggerak sekaligus Ketua Kampung Berseri Astra (KBA) Solo Dukuh Butuh, Mamik Raharjo.
"Semisal ada perajin yang terima banyak pesanan, biasanya akan saling contact untuk ikut bantu," kata Mamik.
Bahkan, lanjut Mamik, ada banyak tangan yang terlibat dalam satu lembar karya wayang kulit gagrak (gaya) Surakarta buatan perajin Dukuh Butuh.